Itu Bukan Garam, Tapi Natrium Klorida
Bismillah, Ahlan Bakers! Tulisan ini dirangkum dari salah satu bab dalam buku “Mau Sehat? Jauhi Rumah Sakit dan Obat”
Karya Dr. Shin Woo Seob. Penerbit Qanita
Rasa asin yang lidah kita kenali selama ini, ternyata bukan didapat dari garam yang tercipta di alam, melainkan garam yang dibuat oleh manusia yang berasal dari zat kimia yaitu natrium klorida.
Shin Woo Seob
Garam merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia untuk membuat makanan menjadi berbumbu dan lebih enak. Pada masa kekaisaran Roma, para tentara mendapatkan garam sebagai upah kerja. Garam dibutuhkan oleh semua orang tetapi karena sulitnya memproduksi garam dalam jumlah besar, membuat garam menjadi benda yang sangat berharga. Karena itu garam dijadikan sebagai upah kerja, dan dapat digunakan untuk barter dengan benda lain melalui sistem jual beli yang diatur negara. Dari latar belakang tersebut, kata upah dalam bahasa inggris disebut salary yang berasal dari kata salt berarti ‘garam’.
Begitu berharganya garam pada saat itu, namun mengapa sekarang garam disebut-sebut mendatangkan penyakit, sehingga makanan yang sedikit garam seringkali dilabeli sebagai makanan sehat?
Perlu diketahui, garam alami sulit diproduksi. Sedangkan garam rafinasi lebih bersih dan proses produksinya lebih ekonomis sehingga pada abad ke-20 garam yang dikonsumsi masyarakat sekarang ini adalah natrium klorida, salah satu kimia sintetis, bukan alami. Natrium klorida inilah yang menjadi penyebab munculnya penyakit pada tubuh manusia.
Mukjizat Garam
Penelitian oleh American Hypertension Journal yang dipublikasikan pada November 2011, menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan rendah garam dapat mengalami kenaikan jumlah kolestrol jahat dan trigliserida. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa mengurangi konsumsi garam secara sembarang memang dapat sedikit menurunkan tekanan darah, tetapi dapat menaikkan jumlah kolestrol jahat dan trigliserida, serta meningkatkan terjadinya pengerasan arteri, sehingga dapat meningkatkan terjadinya risiko gangguan kardiovaskular.
Hasil penelitian ini memang tidak dapat memperlihatkan dasar yang jelas mengenai keterkaitan antara makan makanan rendah garam dengan kenaikan jumlah kolestrol jahat dan trigliserida, tetapi alasannya berhubungan dengan pencernaan dan sistem metabolisme energi pada tubuh.
Sekalipun makanan itu sehat, namun jika tidak mengandung garam sama sekali maka akan membuat proses pencernaan tubuh kita mengalami kesulitan dan tubuh pun sulit menghasilkan tenaga.
Dan hal yang penting juga adalah, setelah kita menyadari bahwa rasa garam sangat enak, maka kita akan menjadi tidak suka dengan makanan manis.
Kesimpulannya, ketika makan tanpa garam, tanpa disadari kita akan lebih banyak mengonsumsi makanan manis. Diantara semua bahan pangan, gula adalah yang paling banyak mendatangkan penyakit. Sebenarnya, stroke dan serangan jantung yang disebabkan oleh diabetes dan hyperlipidemia, termasuk hipertensi, dapat dikatakan merupakan akibat dari konsumsi garam yang rendah, jika kita dapat mengecap makanan dengan rasa yang tepat dengan mengonsumsi garam dalam jumlah cukup, maka penyakit-penyakit tidak akan dapat menyerang tubuh kita.