Bismillah

Ahlan Bakers.

Masih tentang si manis yang tidak habis-habis.

Part 2 nya disini: Gula dan Penuaan

Diet Konyol bin Sesat

Dulu, saat saya sekolah di pesantren, ketika merasa homesick atau kangen keluarga saya akan ngobrol bareng teman-teman di asrama. Seru dan menyenangkan sekali rasanya!. Banyak hal yang kami gossip kan, dan untuk membuat suasana gibah (yang unfaedah) semakin panas dan berapi-api, masing-masing mulut kami akan sibuk mengunyah berbagai jenis camilan, mulai dari yang asin, pedan sampai yang manis, lengkap!. Kami, senang berbagi camilan. Beberapa temanku bahkan begitu loyal mengizinkan kontainer makanannya dijamah bebas oleh yang lain. Ah, seketika saya rindu dengan masa-masa itu. Dan akan selalu rindu mereka.

Akhirnya secara drastis berat badan saya bertambah, yang terlihat dari penampilan fisik saya. Bagi saya, remaja adalah masa-masanya “centil”, jadi saya bertekad tidak boleh terus-terusan bertambah gemuk. Saya terobsesi untuk kurus dengan menjalani diet asal-asalan, yaitu diet ‘asal tidak makan’. Berbagai macam cara konyol dan sok tahu saya lakukan, mulai dari tidak makan, sampai mengganti asupan nasi dengan biskuit, bubur bayi, atau makanan ringan lainnya. Ketika jadwal makan di resto, saya akan melewatkan nasi dan lauk pauk, lalu mengisi penuh piring saya dengan kerupuk sambil menyaksikan teman-teman saya makan. “Kerupuk itu angin, kalau dikunyah bakal kempes, ga bikin gemuk. Aman!”. Betapa sesatnya saya dulu.

Kehilangan Usus Buntu

Pertama kali saya menjalani diet konyol adalah saat duduk di bangku SMP, kalau tidak salah kelas 8 dan berlanjut sampai saya SMA. Saya lupa bahwa di usia tersebut tubuh saya masih di fase pertumbuhan. Tentunya yang saya lakukan adalah keliru, akibatnya saya sering sakit maag. Saya juga jadi curiga, jangan-jangan tinggi saya yang mungil ini selain karena faktor genetik, juga karena saya banyak tidak makan sehingga tubuh saya kekurangan nutrisi mikro dan makro. Selain rajin skip jadwal makan, hal konyol lain yang saya lakukan adalah memakai gel pelangsing, minum teh daun jati cina pagi-pagi, dan lainnya yang saya tak ingat lagi. Wahai lambung, maafkan aku:(

Bertambah tahun dan akhirnya saya masuk ke jenjang kuliah, namun teori sesat “tidak makan” yang saya ciptakan masih saya terapkan. Akibatnya, sakit lambung saya semakin parah. Saya jadi langganan konsumsi obat lambung. Belakangan saya baru tahu bahwa obat lambung justru berbahaya bagi lambung. Puncaknya adalah saya mengalami sakit perut hebat. Perut saya melilit kuat dan terasa panas. Tengah malam ayah dan ibu saya membawa saya ke IGD, dan siang harinya saya lansung menjalani operasi usus buntu. Terimakasih pada dokter (yang atas kuasa Allah semata melalui mereka) telah menyembuhkan saya. Kehilangan usus buntu membuat saya sedih, sangat sedih karena saya tahu apa yang Allah ciptakan pasti ada tujuan dan hikmahnya.

Keajaiban Usus Buntu

“Usus Buntu memiliki fungsi dalam membantu homeostatik tubuh (kecenderungan makluk hidup untuk tetap mempertahankan kestabilan diri). Kemudian, Usus Buntu terutama berperan dalam fungsi kekebalan tubuh. Selain itu Usus Buntu dianggap sebagai “organ cadangan” penting yang dapat digunakan dalam berbagai teknik bedah rekonstruktif.” 1,2

Kembali tentang diet, kemajuan internet memudahkan saya mengakses informasi tentang diet yang benar. Saya mulai tahu bahwa seharusnya cemilan yang saya pilih adalah yang rendah gula. Jadinya kalau lagi jajan ke supermarket, keranjang belanja saya isinya camilan diet yang “bebas gula”.

“Bebas gula? Wow hebat sekali makanan ini” pikir saya. 


Gula?

Gula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut gugusan karbohidrat sederhana, yaitu sukrosa, fruktosa, galakstosa, glukosa, laktosa, maltosa. Karbohidrat adalah makronutrisi esensial yaitu nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk dipecah menjadi energi. Dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi glukosa untuk menaikkan kadar gula darah.

Hormon insulin dilepas untuk membantu mengantarkan glukosa masuk kedalam sel. Akhirnya tubuh kita mendapatkan sumber energi dari glukosa. Pola makan yang tidak mengandung karbohidrat jika dilakukan terus menerus akan berbahaya bagi tubuh, karena tubuh akan mencari sumber energi yang didapatkan dengan memecah lemak, metabolisme lemak ini membuat tubuh mengalami fase keton sehingga darah menjadi asam. pH darah yang asam diketahui menjadi sarang yang baik untuk berkembangnya kanker 3. Selain itu risiko lain diet keto seperti defisiensi nutrisi, kerusakan hati dan ginjal, 35% meningkatkan kolestrol LDL dan membantu pembentukan plak pada arteri, 2x lebih berisiko untuk penyakit jantung, berisiko terbentuknya batu ginjal. 4

Diet ketogenik jangka panjang menyebabkan asidosis metabolik, anemia, dan penurunan kadar enzim antioksidan pada tikus setelah 60 hari mengonsumsi makanan tinggi lemak-rendah karbohidrat.”3

Gula pasir yang beredar di masyarakat terbuat dari tanaman tebu. Tebu, bit, nira kelapa, nira aren adalah sumber pemanis alami. Selain pemanis alami, ada lagi jenis lainnya seperti pemanis buatan, pemanis buatan gula alkohol, dan pemanis buatan berbasis tumbuhan. Mari kita cari tahu!

Pemanis buatan

Sejarah diciptakannya pemanis buatan.

Di tahun 1960 saat orang-orang Amerika sangat menghindari lemak dalam dietnya, mereka pun beralih ke makanan manis dengan harapan tubuhnya tetap ramping. Namun kemudian diketahui bahwa gula ternyata juga bisa menggemukkan badan, sehingga diciptakanlah pemanis buatan “nol kalori” dengan harapan bisa mengonsumsi makanan manis tanpa adanya kalori yang membuat tubuh menjadi gemuk.

Industri makanan dan kimia pun mulai memanfaatkan (konsumen awam yang tidak familiar dengan nama-nama bahan kimia) dengan menciptakan sebuah taktik pemasaran yang “menipu”, dengan menciptakan sereal “sehat” soda “diet” permen “bebas gula”. Makanan ini kemudian terpajang di rak toko dan menarik perhatian konsumen. Produsen menulis nama-nama pemanis buatan pada komposisi yang nama-nama itu (pemanis buatan berbahan sintetik) hampir tidak dikenali oleh konsumen awam, kemudian mereka menambahkan label “bebas gula”. Sangat menggoda bukan?


Definisi

Pemanis buatan, adalah pemanis yang tidak mengandung nutrisi. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pemanis buatan adalah jenis pemanis yang bahan bakunya tidak dapat ditemukan di alam dan dihasilkan melalui proses kimiawi. Umumnya pemanis buatan 200-700 kali lipat lebih manis dari gula meja. Pemanis ini memang tidak mengandung kalori , namun juga tidak memiliki manfaat nutrisi seperti vitamin, serat, mineral atau antioksidan. Pemanis ini oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) digolongkan sebagai bahan tambahan pangan.

Beberapa camilan manis dalam kemasan yang terpajang di rak supermarket, mungkin mengandung pemanis buatan. Untuk menghemat biaya produksi, pemanis buatan memang kerap dipilih oleh produsen makanan, selain karena rasa manisnya yang lebih kuat (bisa puluhan bahkan ratusan kali lipat lebih manis), pemanis tambahan juga dapat menunjang hasil produksi seperti daya simpan yang lebih panjang, sifat nya yang lebih stabil saat dipanaskan). Sebagai konsumen, mungkin akan lebih bijak jika kita selalu mengecek tabel nilai nutrisi dan komposisi sebelum memutuskan untuk membeli makanan kemasan, sehingga kita tahu jenis pemanis apa yang digunakan dan berapa banyak kandungannya. 

Secara umum pemanis buatan ini digunakan oleh orang yang ingin mengontrol kadar gula darah karena tidak mengandung kalori, namun beberapa ahli percaya mengonsumsi pemanis jenis ini dapat menimbulkan masalah kesehatan mulai dari penambahan berat badan hingga kanker. Penelitian yang dilakukan pada hewan menunjukkan adanya resiko kesehatan. Meski demikian, beberapa penelitian menujukkan bahwa mengonsumsinya aman selama dalam batas yang dianjurkan.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Bagaimana pemanis buatan dapat memberikan rasa manis tanpa mengandung kalori? Rasa manis dihasilkan dari adanya interasi ikatan antara molekul pemanis dengan reseptor khusus pada papilla lidah. Reseptor rasa manis, tidak hanya memberikan respon terhadap gula berkalori, seperti sukrosa dan glukosa, tetapi juga untuk pemanis buatan. Reseptor tersebut nantinya akan mengirimkan sinyal ke otak dan otak memprosesnya hingga dihasilkan sensasi yang dirasakan sebagai rasa manis.

Pemanis buatan seperti aspartame mengikat reseptor rasa manis lebih kuat dibandingkan sukrosa sehingga rasa manis yang dihasilkan 200x lebih intens dibandingkan sukrosa. Hampir seluruh pemanis buatan tidak memberikan energi ekstra karena tidak dapat diuraikan oleh tubuh sehingga pada saat dielemininasi dari dalam tubuh melalui urin tidak mengalami perubahan. Pemanis buatan ini juga tidak menyebabkan gigi berlubang karena tidak dapat diurai oleh bakteri yang terdapat pada gigi, Karena tidak dapat diurai, maka tidak terbentuk asam yang dapat menyebabkan demineralisasi gigi (sumber : AKG FKM UI)

Sayangnya, karena tidak mengandung kalori, konsumsi pemanis buatan justru membuat tubuh mencari asupan kalori lain sehingga memunculkan keinginan untuk makan lagi.

Berikut beberapa nama pemanis buatan yang umum dikenal dan diizinkan penggunaannya di United States atau European Union. Tidak perlu repot menghafal, karena pada label pangan yang mengandung pemanis buatan, wajib dicantumkan tulisan “Mengandung pemanis buatan, disarankan tidak dikonsumsi oleh anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui”

  • Aspartam.

Aspartam merupakan pemanis buatan (kimia) yang banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman sejak tahun 1980an, termasuk minuman diet, permen karet, gelatin, es krim, produk susu seperti yogurt, sereal sarapan, pasta gigi dan obat-obatan seperti obat batuk dan obat kunyah, vitamin. Rasa manisnya mencapai 220 kali lebih manis daripada gula biasa

Aspartam adalah pemanis buatan yang paling kontroversial. Saat suhu aspartam sangat tinggi, alkohol kayu di dalam aspartam berubah menjadi formalin yang berbahaya bagi tubuh. Zat aspartam akan ikut tercerna di dalam lambung sehingga pada nantinya akan dikeluarkan dalam bentuk yang tidak sama dengan bentuk struktur awal. Ini alasannya kenapa aspartam tidak bisa dikonsumsi seseorang yang mengalami gangguan metabolisme karena dikhawatirkan tidak akan tercerna dengan sempurna. Aspartam adalah zat aditif yang paling banyak dikeluhkan dalam sejarah AS, bertanggung jawab atas sekitar 80 persen dari semua reaksi merugikan terkait makanan yang dilaporkan ke FDA.

Penilaian dampak kesehatan dari aspartam pemanis non-gula dirilis oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Komite Ahli Gabungan Bahan Aditif Makanan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) ( JECFA) . Mengutip “bukti terbatas” mengenai karsinogenisitas pada manusia, IARC mengklasifikasikan aspartam sebagai kemungkinan karsinogenik pada manusia (IARC Grup 2B) dan JECFA menegaskan kembali asupan harian yang dapat diterima yaitu 40 mg/kg berat badan.

  • Asesulfam potasium

200x lebih manis dari gula pasir. Bahan ini sangat stabil dalam temperatur tinggi dan mudah larut sehingga dipakai dalam banyak produk makanan. Batasan konsumsi harian yang disarankan adalah 15 mg/kg berat badanAcesulfame potassium telah dianggap “secara umum diakui aman” oleh FDA. Namun, beberapa peneliti menemukan hal itu dapat menimbulkan efek kesehatan yang negatif. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus menemukan bahwa Ace-K menyebabkan penambahan berat badan dan perubahan mikrobioma usus, yang berpotensi menyebabkan obesitas dan peradangan kronis. sumber : https://www.webmd.com/diet/what-is-acesulfame-potassium

  • Advantame

20.000 x lebih manis dari gula pasir

  • Siklamat

30-50x lebih manis dari gula pasir. Penggunaanya sudah dilarang di United States, Kanada dan Inggris sejak 1970. Aturan batas maksimum menurut BPOM 1250 mg/kg per produk

  • Neotame

Secara kimia, kandungannya hampir sama seperti aspartam, namun rasanya 40 kali lebih manis dari aspartam. Dibandingkan dengan gula rafinasi, data FDA mengatakan tingkat kemanisan neotam mencapai 7.000 hingga 13.000 kali lebih tinggi. Neotam dapat dikonsumsi hingga 18mg/kg berat badan dalam sehari.

Neotame sama seperti aspartam, mengandung tiga senyawa berbeda yang semuanya menyebabkan efek berbahaya pada hewan laboratorium dan manusia. Tumor, lubang yang tumbuh di otak, kerusakan hati, dan bahkan kematian terjadi dalam pengujian dan eksperimen. Neotame juga mengandung 3-di metilbutil, racun saraf yang telah terdaftar dalam daftar bahan kimia paling berbahaya menurut EPA. Ini menyebabkan sel mati dengan cepat. Ketiga bahan yang terkandung dalam neotame:

  • Fenilalanin
  • Asam aspartat: Terlalu banyak zat ini “diduga menyebabkan kerusakan otak pada janin, dan dosis tinggi diketahui dapat menghancurkan sel-sel otak pada hewan percobaan,” kata Pastore.
  • Metanol (metil alkohol, alkohol kayu): Zat ini diubah menjadi formaldehida dan asam format, yang memiliki efek toksik pada kelenjar timus. Formaldehida dikenal sebagai karsinogen, menyebabkan kanker tenggorokan, faring dan paru-paru, menurut Pastore.

Sumber : Risiko Neotame dan Bagaimana Anda Dapat Membatasi Rasa Manis Anda. https://hardingmedicalinstitute.com/the-risks-of-neotame-and-how-you-can-curb-your-sweet-tooth

  • Neohesperidin.

340x lebih manis dari gula pasir. Pemanis ini dilarang penggunaanya di United States

  • Sakarin

Rasa manis yang dihasilkan mencapai 200-700 kali lebih tinggi daripada gula biasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sakarin jangka panjang meningkatkan stress oksidatif, risiko obesitas dan diabetes, serta gangguan hati dan ginjal. Hasilnya juga menunjukkan peningkatan risiko karsinogenesis otak. Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10146554 dan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6843803/

  • Sukralos

Dikenal juga dengan nama Splenda. Dihasilkan dari sukrosa dan memiliki rasa manis 600 kali dibandingkan gula meja. Bahan ini biasa digunakan dalam ribuan produk, termasuk makanan yang dipanggang, minuman, permen karet, gelatin, dan makanan penutup susu beku. Konsumsi harian sukralosa yang ideal adalah sebanyak 5 mg/kg berat badan.

Sebuah studi dari para peneliti di North Carolina State University menunjukkan bahwa bahan kimia yang dibentuk dari satu pemanis buatan dapat merusak DNA. Pemanis nol kalori yang dimaksud adalah sukralosa. Selain kerusakan DNA, studi baru ini menemukan bahwa sukralosa dapat menyebabkan lapisan usus yang bocor, dan meningkatkan aktivitas gen yang terkait dengan peradangan dan kanker. Sumber: https://www.healthline.com/health-news/sucralose-a-common-artificial-sweetener-may-increase-cancer-risk

Bahaya umum dari konsumsi pemanis buatan:

Depresi, kecemasan, dan mood yang tidak stabil

Para ilmuwan telah menemukan korelasi antara diet tinggi pemanis buatan dengan depresi dan perasaan cepat marah. 

Kenaikan Berat Badan

Pemanis buatan mengacaukan metabolisme dengan mengganggu keseimbangan insulin dan glukosa dalam tubuh. Pemanis buatan nol kalori membuat otak berpikir bahwa tubuh masih lapar karena tidak ada asupan kalori yang masuk, sehingga memicu untuk makan berlebihan. Selama bertahun-tahun, pemanis buatan rendah kalori dianggap sebagai alternatif yang aman bagi individu yang ingin menurunkan berat badan. Namun, sekarang diketahui bahwa pemanis buatan dapat mengubah mikrobioma usus, yang menyebabkan penambahan berat badan

Percobaan yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa pemanis buatan mengubah populasi bakteri usus. Pada manusia, juga tikus, kemampuan untuk mencerna dan mendapatkan energi dari makanan dipengaruhi aktivitas triliunan mikroba yang hidup di dalam saluran pencernaan. Secara kolektif bakteri ini dikenal sebagai mikrobioma usus. Hidup mereka tergantung apa yang kita makan dan hidup kita tergantung mereka. Pemanis buatan meningkatkan populasi bakteri usus yang mengubah makanan menjadi lemak.

Percobaan lain yang dilakukan pada tikus  Sekelompok tikus diberi air yang dicampur gula alami, dan lainnya diberi aspartame, sukralosa, atau sakarin dalam dosis harian. Tikus yang diberi gula alami baik-baik saja sedangkan tikus yang diberi pemanis buatan memiliki kadar gula darah yang tinggi dan tidak normal. Tikus ini diindikasi mengalami kesulitan menyerap glukosa dari darah, jika dibiarkan “intoleransi glukosa” ini akan menyebabkan masalah bagi tubuh.

Bakteri dalam usus manusia tidak hanya mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengekstraksi kalori dan menyimpan energi dari makanan, tetapi juga mempengaruhi keseimbangan hormon, seperti leptin, yang bertugas mengatur nafsu makan. Pemanis buatan hanya mengacaukan aktivitas mikroba dalam usus. 

Kanker

Mengkonsumsi pemanis buatan telah terbukti meningkatkan ukuran tumor kanker. Para peneliti menyebut aspartam—salah satu pemanis buatan paling berbahaya—sebagai ‘senyawa karsinogenik multi-kuat’.  Ada sekitar 974 produk makanan yang mengandung aspartam, antara lain soda diet, es krim bebas gula, permen bebas gula, sereal sarapan, permen karet, yogurt, krimer kopi, dan lain-lain.

Penyakit Jantung

Konsumsi pemanis buatan dihubungkan dengan obesitas, yang akhirnya membebani kerja jantung. Gangguan metabolisme jantung pun muncul seperti serangan jantung, stroke, dan darah tinggi.

Berisiko bagi wanita hamil

Penelitian menunjukkan bahwa wanita hamil dan menyusui yang mengonsumsi pemanis buatan memiliki resiko yang lebih tinggi jika anak yang dilahirkan beresiko mengalami obesitas dan gangguan metabolisme. Selain itu konsumsi pemanis buatan selama hamil juga mengundang peningkatan berat badan pada bayi yang dilahirkan .

Beresiko diabetes (khususnya anak-anak)

Dahulu, dokter merekomendasikan penderita diabetes menghindari gula dan mengonsumsi pemanis buatan, tapi penelitian terbaru menunjukkan pemanis buatan lebih berbahaya dan dapat mengubah sensitifitas insulin (resistansi insulin).

Stroke, Dementia, and Memory Loss

Pada tahun 2017, studi menujukkan bahwa minuman manis dengan pemanis buatan memicu terjadinya stroke, demensia, alzheimer, sedangkan minuman manis dengan gula alami tidak dihubungkan dengan resiko tersebut.

Meningkatkan resiko IBS (sindrom iritasi usus besar) dan Crohn’s Disease (radang usus kronis)

Konsumsi pemanis buatan seperti Splenda (sukralosa) menunjukkan dapat mengacaukan populasi mikrobima yang ada pada usus, sedangkan usus adalah pusat dari pencernaan dan daya tahan tubuh. Tidak hanya itu pemanis buatan dapat memicu IBS (sindrom iritasi usus besar) dan penyakit chron (radang usus kronis)

Penyakit liver

Studi menunjukkan komsumsi pemanis buatan memicu perlemakan hati, fibrosis, dan penurunan fungsi liver. Liver adalah pusat detoksifikasi pada tubuh, jika proses detoksifikasi tubuh terganggu maka sampah metabolisme dan racun bisa ikut mengalir dalam darah dan tertimbun dalam tubuh. 

Gula alkohol

Serupa dengan pemanis buatan, gula alkohol juga dibuat secara sintetis. Karbohidrat penyusun struktur kimianya menyerupai molekul gula dan molekul alkohol. Gula alkohol tidak mengandung etanol atau senyawa yang memabukkan. Gula alkohol diperoleh dari proses fermentasi karbohidrat. Proses fermentasi ini menjadikan rasa manis lebih kuat. Beberapa gula alkohol diproses secara buatan, dan sebagian besar secara alami terkandung dalam buah-buahan (dalam tingkat kematangan tertentu). Setelah melalui proses ekstraksi, gula dari proses ini dapat dibentuk dalam formula solid tanpa adanya kandungan alkohol didalamnya. Gula alkohol memiliki rasa manis yang lebih rendah dari gula pasir. Gula alkohol memiliki indeks glikemik yang rendah dan kadar kalori rendah.

Perusahaan makanan seringkali menggabungkan gula alkohol dengan pemanis buatan. Gula alkohol ini sering digunakan dalam pembuatan permen karet bebas gula dan “mouthwash” karena memberikan sensasi dingin. Usus kecil kita tidak menyerap gula alkohol ini dengan baik, sehingga jika terlalu banyak dikonsumsi beresiko menyebabkan kembung, gas atau diare pada beberapa orang. Tubuh tidak mengeluarkan terlalu banyak insulin untuk proses metabolisme gula alkohol, meski demikian pemanis ini tetap mensuplai kebutuhan energi meski dalam jumlah sedikit karena keberadaan unsur pati di dalamnya. Penggunaan pemanis jenis ini harus dicantumkan pada tabel nutrisi makanan.

Karena termasuk pemanis buatan, makanan yang dibuat dengan gula alkohol sering di beri label marketing “bebas gula” atau “tanpa tambahan gula”. Ini dapat membingungkan sebagian konsumen, yang mungkin percaya bahwa makanan tersebut tidak akan memengaruhi gula darah mereka. Banyak makanan berlabel “bebas gula” atau “tanpa tambahan gula” masih mengandung kalori, lemak, dan karbohidrat.

Gula Alkohol vs Pemanis Buatan

Gula alkohol kadang -kadang disebut sebagai pemanis buatan, padahal mereka bukanlah hal yang sama.Gula alkohol memiliki sangat sedikit kalori, dan tidak semanis gula sedangkan pemanis buatan adalah bahan kimia yang memberikan tingkat rasa manis yang intens dan tidak ada kalori

Gula alkohol vs Gula Meja

Gula pasir berasal dari buah-buahan, tumbuhan, sayuran, atau susu. Meskipun beberapa gula alkohol berasal dari buah-buahan dan sayuran, gula alkohol yang digunakan dalam makanan olahan diproduksi secara artifisial. Gula alkohol memiliki beberapa keunggulan dibandingkan gula biasa, antara lain:

  • Lebih sedikit kalori. Gula alkohol mengandung 2 kalori per gram sedangkan gula meja sekitar 4 kalori per gram. Rasanya hampir semanis gula biasa dengan sekitar setengah kalori – atau kurang
  • Tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara tiba-tiba. Gula alkohol memiliki indeks glikemik rendah dan hanya menyebabkan sedikit peningkatan kadar gula darah.
  • Risiko kerusakan gigi lebih sedikit: Gula alkohol tidak bereaksi terhadap plak gigi seperti halnya gula. Xylitol sebagai bahan dalam pasta gigi, yang membantu membuat rasanya lebih enak sekaligus membantu mencegah gigi berlubang
  • Lebih sedikit karbohidrat

Kedengarannya bagus, bukan? Tidak secepat itu. Ada perbedaan utama lainnya antara gula dan gula alkohol.

Tubuh dapat dengan mudah mencerna gula dan menggunakannya sebagai energi, tetapi tubuh tidak dapat menyerap atau sepenuhnya mencerna gula alkohol. Ternyata, hal ini dapat menimbulkan beberapa masalah.

Gula alkohol telah lama dianggap sebagai tambahan yang aman untuk diet – dalam jumlah sedang. Penelitian menunjukkan 10 hingga 15 gram gula alkohol sehari aman. Namun banyak makanan olahan yang mengandung gula alkohol memiliki kadar yang jauh lebih besar dari ambang batas tersebut. Dan penelitian baru menunjukkan bahwa peningkatan kadar gula alkohol dapat berbahaya bagi kesehatan.

Serangan jantung dan stroke

Dr Hazen dan timnya telah melakukan penelitian tentang efek xylitol dan erythritol. Dan temuan ini sangat memprihatinkan. Tingkat sirkulasi xylitol dan erythritol telah terbukti berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular yang merugikan seperti risiko serangan jantung, stroke, dan bahkan kematian. Selain itu kadar xylitol dan erythritol yang tinggi dapat membuat trombosit bekerja berlebihan.

Tidak perlu banyak waktu juga. Misalnya, satu sendok es krim ramah keto saja mengandung hingga 30 gram xylitol. Penelitian Dr. Hazen menunjukkan bahwa hal itu cukup untuk mengganggu trombosit dan membuatnya lebih mungkin membentuk gumpalan. Dan peningkatan risiko ini berlangsung sekitar empat hingga enam jam, bahkan bisa bertahan selama beberapa hari.

Wajar jika dikatakan bahwa gula alkohol harus diwaspadai. Senyawa ini terdapat dalam makanan yang biasanya dipasarkan kepada penderita diabetes, yang sudah memiliki peningkatan risiko penyakit jantung besar. Dan gula alkohol mungkin secara tidak sengaja menambah risiko tersebut.

Masalah gastrointestinal (GI).

Tubuh tidak dapat sepenuhnya mencerna gula alkohol, yang dapat menyebabkan beberapa gejala GI yang tidak menyenangkan jika dimakan dalam jumlah banyak – dan biasanya terjadi segera setelah memakannya.

Dalam sebuah penelitian di Inggris tahun 2006, para peneliti memberi peserta dosis gula atau salah satu dari dua jenis gula alkohol (xylitol dan erythritol). Mereka yang mengonsumsi xylitol melaporkan kembung, gas, sakit perut, dan diare. Erythritol tampaknya memiliki efek yang lebih ringan pada perut, hanya meningkatkan rasa mual dan gas bila dikonsumsi dalam dosis besar.

Efek pencahar

Gula alkohol dapat membuat buang air besar. Ini karena usus tidak dapat menyerap gula alkohol, yang dapat menyebabkan gula tersebut tertinggal di usus dan berfermentasi.

Efek ini paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang:

  • Memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS).
  • Mengalami peningkatan GI akibat penyakit Crohn.
  • Memiliki kepekaan terhadap FODMAP.
Penambahan Berat Badan

Sebuah penelitian terhadap mahasiswa menemukan bahwa mengonsumsi makanan eritritol tingkat tinggi dikaitkan dengan penambahan berat badan – khususnya, peningkatan lemak perut – sepanjang tahun pertama mereka.

Bagaimana cara mengetahui apakah suatu makanan mengandung gula alkohol? Berikut beberapa label gula alkohol:

Sorbitol

Ditemukan secara alami di beberapa buah-buahan. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan 60% dari gula biasa. Sorbitol diklaim memiliki tekstur lembut dan dingin di dalam mulut. Saat digunakan untuk membuat produk makanan, biasanya dibuat dari dekstrosa yang berasal dari tepung maizena.

Sorbitol umum digunakan dalam makanan dan minuman dengan label bebas gula, termasuk selai dan permen. Sorbitol memiliki efek yang sangat kecil pada gula darah dan insulin, tetapi dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang serius.

Manitol

Mannitol secara alami ditemukan di berbagai tanaman, termasuk stroberi, jamur, dan bawang. Itu bisa dibuat menggunakan fruktosa dari tepung maizena. Mannitol juga sekitar 60 persen semanis gula biasa.

Maltitol

Maltitol dibuat menggunakan maltosa dari tepung maizena. Rasanya sekitar 75 persen semanis gula biasa. Meski begitu, pemanis ini bisa menyebabkan gula darah.

Eritritol

Eritritol juga dihasilkan dari tepung maizena, namun unik karena proses pembuatannya melibatkan fermentasi glukosa dalam pati jagung. Eritritol 70 persen lebih manis dari gula biasa, tapi hanya mengandung 5 persen kalori dari gula biasa. Ertritol tidak memiliki efek samping pada pencernaan seperti gula alkohol lainnya karena tidak mencapai usus besar. Sebaliknya, sebagian besarnya (sekitar 90 persen) terserap hingga usus halus dan ketika dikeluarkan dalam urin kandungannya tidak berubah.

Xylitol

Xylitol merupakan gula alkohol yang paling umum. Xylitol dapat dibuat dari beberapa bahan berbeda, termasuk kayu birch, tongkol jagung, dan sisa batang tebu. Tingkat kemanisannya sama dengan gula biasa, dan juga memiliki rasa mint yang sejuk. Xylitol umum digunakan dalam permen karet dan produk perawatan mulut seperti pasta gigi. Xylitol memiliki lebih sedikit kalori yaitu sekitar 40 persen dari gula biasa.

Isomalt

Isomalt terbuat dari gula tetapi rasanya hanya sekitar 55 persen manisnya.

Laktitol

Laktitol terbuat dari whey dan rasanya sekitar 35 persen manis dari gula biasa.

Pemanis Buatan Berbahan Dasar Tumbuhan (Plant-derived)

Pemanis ini didapatkan dari bahan alami, yaitu tumbuhan. Pemanis ini jauh lebih baik dari pemanis buatan. Pemanis ini tidak mengandung kalori atau gula yang tinggi sehingga tidak beresiko menaikkan berat badan atau gula darah. Pemanis ini juga hanya mengalami proses yang sedikit. Stevia dan monk fruit keduanya berasal dari jenis tumbuhan dan rasanya mirip gula. Stevia adalah tanaman yang berasal dari Amerika Selatan, memiliki rasa manis 100x dari gula sehingga dapat digunakan dalam dosis yang sedikit. Daun stevia umum diproduksi sebagai serbuk daun kering sebagai alternatif dari gula.Tidak semua produk stevia terjamin keamanannya, karena beberapa telah mengalami banyak proses. Namun hindari konsumsi daun stevia secara utuh atau penggunaan ekstrak daun stevia yang mentah karena dikhawatirkan membahayakan ginjal. Monkfruit, adalah buah orange kecil yang berasal dari selatan China, yang kaya akan antioksidan, anti peradangan dan antimikroba. Pemanis ini diakui aman oleh FDA.

Bagaimana dengan Pemanis Alami? 

Adapun beberap nama pemanis alami:

1. Sukrosa (Gula). Dikenal juga sebagai gula meja. Terdiri dari 50% glukosa dan 50% fruktosa. Secara alami terkandung dalam buah. Sukrosa juga sering ditambahkan sebagai pemanis makanan olahan.

2. Sirup jagung tinggi fruktosa. Terbuat dari olahan pati jagung. Sangat sering terkandung dalam berbagai makanan olahan dan minuman seperti soda, permen, kue, roti, sereal. Menurut banyak sumber, pemanis ini masuk kedalam jenis pemanis buatan. 

3. Sirup agave, terbuat dari tumbuhan agave. Diklaim lebih sehat karena tidak menaikkan gula darah secepat jenis gula lainnya. Bagaimanapun sirup agave mengandung 70-90% fruktosa dan 10%-30% glukosa. Sering ditambahkan kedalam jenis makanan olahan dengan label “sehat” seperti sereal, yoghurt manis, manisan buah.

4. Sebagian besar gula dan pemanis yang mengandung glukosa dan fruktosa : gula bit, blackstrap molasses, gula merah, kristal jus tebu, gula tebu, sirup carob, gula kastor, gula kelapa, gula bubuk, gula kurma, gula demerara, golden syrup, gula anggur, madu, gula halus, gula invert, sirup maple, gula muscovado, gula panela, gula shorgum, gula jawa, molasses, gula turbinado, sukanat

5. Pemanis yang mengandung glukosa murni atau glukosa yang dikombinasikan dengan gula lain selain fruktosa: barley malt, brown rice syrup, sirup jagung, sirup jagung padat, dekstrin, dekstrosa, malt diastatik, ethyl maltol, glukosa, glukosa padat, laktosa, sirup malt, sirup malt, maltodextrin, maltosa, sirup beras atau sirup beras cokelat, sirup buah yakon, chickory root fiber,

6. Pemanis dengan kandungan fruktosa : crystalline fructose, fruktosa

7. Pemanis yang tidak mengandung glukosa dan fruktosa : D-ribosa, galaktosa

Pemanis Alami atau Buatan? Mana yang Aku Pilih ?

Tentunya pemanis alami.

Dan yang menjadi catatan penting disini adalah proses pembuatannya. Gula organik yang dibuat dengan sedikit pemprosesan adalah yang terbaik. Tidak semua gula alami “lebih baik bagi kesehatan”. Nyatanya, gula “brown sugar” abal-abal ternyata hanya terbuat dari gula pasir yang ditetesi molases. Padahal brown sugar seharusnya adalah gula yang tidak memisahkan molases dari awal pembuatannya.

 Tentunya jika sedang ngidam yang manis, maka buah adalah pilihan yang terbaik. Dalam buah, selain mengandung gula alami juga mengandung mineral, vitamin, dan nutrisi lainnya. Adanya serat membuat gula diserap secara perlahan sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara lansung.

Referensi

1 = La Berge A. 2008. How The Ideology of Low Fat Conquered America. J History of Medicine and Allied Science [Internet]. [diunduh 2022 Mei 1];63(2):139177.  Tersedia pada: https://doi.org/10.1093/jhmas/jrn001

1. Buku-buku karya dr Hiromi Shinya, The Miracle of Endorphin (Dr. Shigeo Haruyama), Keajaiban Mitokondria (Katsunari Nishihara, M.D.,Ph.D.) Obat justru membuat kita sakit (Kumiko Udagawa), Mau Sehat? Jauhi Obat dan Rumah Sakit (Dr. Shin Woo Seob)

Bjarnadottir A. 2020. The 56 Most Common Names for Sugar (Some Are Tricky) [Internet]. [diunduh 2022 Mei 1]. Tersedia pada: https://www.healthline.com/nutrition/56-different-names-for-sugar

Walding C. 2023. 10 Dangers of Artificial Sweeteners Pus Natural Alternatives You Can Turn To [Internet]. [diunduh 2022 Mei 1]. Tersedia pada: https://www.nativepath.com/blogs/nutrition/10-dangers-of-artificial-sweeteners-plus-natural-alternatives-you-can-turn-to

Shell E. 2015. Artificial Sweeteners May Change Our Gut Bacteria in Dangerous Ways [Internet]. [diunduh 2022 Mei 3]. Tersedia pada: https://www.scientificamerican.com/article/artificial-sweeteners-may-change-our-gut-bacteria-in-dangerous-ways/

Fact About Sugar and Sugar Substitutes. Johns Hopkins Medicine [Internet]. [diunduh 2022 Mei 1]. Tersedia pada: https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/facts-about-sugar-and-sugar-substitutes

Warren R. 2019. The Truth About Sugar VS Artificial Sweeteners [Internet]. [diunduh 2022 Mei 2]. Tersedia pada:https://www.consumerreports.org/sugar-sweeteners/the-truth-about-sugar-vs-artificial-sweeteners/ 

Gula VS Gula Rendah Kalori [Internet]. [diunduh 2022 Mei 4]. Tersedia pada:  https://akg.fkm.ui.ac.id/gula-vs-gula-rendah-kalori/

Kuntarti N. 2018. Gula Alkohol: Pemanis Buatan Pengganti Gula Biasa? [Internet]. [diunduh 2022 Mei 2]. Tersedia pada: https://www.deherba.com/gula-alkohol-pemanis-buatan-pengganti-gula.html

Metropulos M. 2018. Are Sugar Alcohols Good or Bad For You [Internet]. [diakses pada 2024 Juni 3]. Tersedia pada: https://www.medicalnewstoday.com/articles/320901

2024. Jenis Pemanis Buatan Ada Beragam, Sebagian Berbahaya [Internet]. [diunduh 2022 Mei 2]. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/jenis-pemanis-buatan-ada-beragam-sebagian-berbahaya

2014. Penerapa Label Pangan [Internet]. [diunduh 2022 Mei 2]. Tersedia pada: https://istanaumkm.pom.go.id/default/penerapan-label-pangan

  1. Scientific American. 1999. What Is The Function of Human Appendix? Dit It Once Have a Purpose That Has Since Been Lost? [Internet]. [diunduh 2024 Juni 3]. Tersedia pada: https://www.scientificamerican.com/article/what-is-the-function-of-the-human-appendix-did-it-once-have-a-purpose-that-has-since-been-lost/ ↩︎
  2. Colbert S. 2023. CBS News, Good Question: What Does The Appendix Do and Why We Are Fine Without It? [Internet]. [diunduh 2024 Juni 3]. Tersedia pada: https://www.cbsnews.com/minnesota/news/good-question-what-does-the-appendix-do-for-our-body-and-why-are-we-fine-without-it/ ↩︎
  3. Arsyad A, Idris I, Rasyid A, Usman R, Faradillah K, Latif Wa Ode, Lubis Z, Aminuddin A, Yustisia I, Djabir Y. 2020. Long-Term Ketogenic Diet Induces Metabolic Acidosis, Anemia, and Oxidative Stress in Healthy Wistar Rats. J Nutr Metab. doi: 10.1155/2020/3642035 [Internet]. [diakses pada 2024 Juni 3]. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7341377/  ↩︎
  4. Courtney Y. 2023. Keto – It’s Probably Not Right for You [Internet]. [diunduh pada 2024 Juni 3]. Tersedia pada: https://sitn.hms.harvard.edu/flash/2023/keto-its-probably-not-right-for-you/ ↩︎
2 thoughts on “Pemanis Buatan, Yakin Aman?”
  1. Excellent post! Your insights on this topic are very valuable and have given me a new perspective. I appreciate the detailed information and thoughtful analysis you provided. Thank you for sharing your knowledge and expertise with us. Looking forward to more of your posts!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *