Bismillah, Ahlan bakers!
Bakers, kemarin saya berencana membuat kue brownies matcha. Salah satu bahan utama dalam pembuatan brownies adalah cokelat, dan karena brownies matcha identik dengan warna hijau, maka cokelat yang saya pakai dalam pembuatan brownies ini adalah cokelat putih bukan cokelat yang berwarna cokelat.
Cokelat Green Tea Minimarket?
Kenapa saya tidak pakai cokelat green tea yang sudah tersedia di supermarket? Satu karena gula nya teramat tinggi. Dua karena gula yang dipakai adalah gula meja. Tiga karena rasa green tea nya dominan dari perisa. Secara komposisi, cokelat putih terbuat dari cocoa butter, susu, dan gula. Kebetulan, saya sudah mengurangi konsumsi gula putih/gula pasir/gula rafinasi. Untuk kebutuhan baking saya lebih sering pakai gula sorghum dan gula kelapa.
Akhirnya saya coba berselancar di marketplace mencari cokelat putih yang gulanya menggunakan gula nira kelapa, gula nira aren, atau gula nira tebu yang tidak dimurnikan, sayangnya tidak ketemu karena kalau pakai gula-gula tersebut sudah pasti warna cokelat putihnya tidak akan seputih susu, tapi jadi berwarna krem atau cokelat muda, karena gula alami tersebut warnanya tidak putih. Akhirnya muncullah ide membuat cokelat putih sendiri menggunakan bahan-bahan yang alami dan organik.
Bahan-bahan :
- Organic Cocoa Butter by CAU
- Organic Crystal Coconut Sugar by Javara
- Susu Kambing Etawa non sugar by Ternaksyam
- Biar lebih joss saya tambahin vanilla bean dari Organic Tahitensis Vanilla Bean by Nourish
Menurut referensi google rasio bahannya adalah 1:1:1. Oke bahan sudah lengkap, mumpung dapur kosong, waktu nya eksperimen berantakin dapur, mari kita eksekusi!!!
Cara Pembuatan
Pertama saya lelehkan lemak cokelat (cacao butter) dengan metode double boil. Sambil menunggu, saya haluskan susu bubuk dan gula kelapa dengan blender. Lemak cokelat pun mulai meleleh sempurna. Dalam suhu yang masih hangat, saya masukkan lemak cokelat ke dalam blender yang sudah berisi susu bubuk dan gula kelapa. Awalnya terlihat tanda-tanda keberhasilan, nyatanya saya cuma di ghosting!
Awalnya lemak cokelat terlihat bercampur bersama bubuk susu dan gula, namun setelah saya buka blendernya, ternyata butiran susu dan gula nya tidak larut sama sekali dalam lemak cokelat.
Blender pun mulai memanas karena mesin yang terus berputar (sudah lima menit lebih berlalu, sedangkan instruksi menyebutkan hanya 1-2 menit). Karena suhu yang terus naik, akhirnya molekul gula yang bertemu dengan protein dari susu membentuk gumpalan, aku tidak tahu apakah ini reaksi karamelisasi atau Maillard, atau reaksi apa, yang dari jurusan biokimia, kimia, ilmu pangan, bantu saya bakers! Lihat lah foto dibawah ini, mereka bergumpal!
huhu:(
Setelah browsing saya baru tahu, bahwa ternyata proses membuat cokelat itu bukan dengan blender, melainkan dengan mesin penggiling khusus . Di mesin ini adonan cokelat bahkan digiling hingga 24 jam. Setelah digiling pun masih ada permainan tempering yang cukup tricky agar tampilan cokelat lebih berkilau.
Meski bentuknya horor, percayalah rasanya seperti cokelat putih premium. Endulita bangeeets! saya cemilin sampe habis.
Catatan:
Disini saya menggunakan susu kambing bubuk. Pengalaman saya ketika menyeduh susu ini untuk diminum biasa memang selalu ada bagian yang tidak larut lalu mengendap di bawah, sehingga sementara saya menyimpulkan bahwa jenis susu sebagai faktor variabel yang juga memengaruhi hasil produk. Berbeda dengan susu sachet seperti Dancow yang serbuk nya halus, mudah larut, dan tidak meninggalkan gumpalan jika diseduh. Jika saya mengganti susu bubuk kambing tersebut dengan susu Dancow bubuk mungkin bisa mengurangi sedikit resiko kegagalan dalam pembuatan cokelat. Namun saya tidak bermaksud menjelekkan produk susu kambing etawa yang saya konsumsi karena saya sendiri hampir tiap hari minum susu itu dan saya suka sekali dengan rasanya, benar-benar suka! Itu saya beli sebungkus besar hampir saya sendirian yang habisin. Menurut saya faktor kegagalan utama adalah penggunaan alat yang kurang tepat, yaitu blender yang seharusnya mesin penggiling cokelat khusus. Tentunya yang lebih utama lagi adalah sedikitnya ilmu dan terbatasnya pengalaman.
Baarokallahu fiikum. Love dari aku yang langsung kabur ninggalin dapur karena bete lihat bentukan cokelatnya begitu tapi pas nyobain langsung terloph loph sama rasanya.
[…] Bismillah, Ahlan bakers! […]