Ini kisah, si pecinta kue manis yang menemukan perjalanan kudapan manisnya yang sehat. Meninggalkan gula pasir rafinasi dan beralih kepada gula alami. Melupakan tepung terigu rafinasi dan beralih kepada tepung yang digiling dari biji-bijian utuh, palem dan umbi-umbian yang tumbuh di atas tanah nusantara yang dihuni jutaan mikroba. Berpaling dari segala bahan tambahan pangan yang disintesis dengan bahan kimia bermesin teknologi canggih dan memilih apa yang disediakan oleh alam.

Rasa Manis: Cinta Pertama

Bismillah

Ahlan Bakers! 

To All Sweet Tooth

Kenapa gula enak? Itu karena secara biologis, kita memang diciptakan menyukai rasa manis. Makanan pertama kita, ASI, memiliki rasa yang manis. Bayi yang baru lahir, bahkan bayi prematur sekalipun memberikan respons positif terhadap molekul yang rasanya manis. 1 Fakta ilmiahnya, zat manis tidak hanya enak, namun juga mampu bertindak sebagai analgesik (pereda nyeri). Bagi otak manusia, konsumsi makanan manis juga memicu otak melepas hormon dopamin dan opioid yang menimbulkan efek perasaan senang dan bahagia, sehingga kita mudah kecanduan makanan manis.

Tidak hanya manusia, reseptor rasa manis pun aktif pada beberapa hewan. Seorang ahli biologi, Frings (1946) meneliti bahwa hewan apapun yang secara alami memakan buah mungkin akan menerima makanan yang diberi pemanis. Berdasarkan historinya, menurut orang-orang dulu, makanan yang memiliki rasa manis mengindikasikan bahwa makanan itu aman untuk dikonsumsi dan dapat memberikan energi, sedangkan rasa pahit cenderung mengindikasikan bahwa makanan tersebut tidak aman. Reseptor rasa manis memang bertindak mengidentifikasi makanan yang kaya energi (atau lebih tepatnya ketersediaan glukosa) sebagai sumber kalori karbohidrat untuk dibakar menjadi energi. Dan tebu adalah sumber pemanis yang paling populer bagi manusia.

Manis bagi Tubuh itu Nyata Adanya! 

Sebenarnya air tebu tidak hanya manis, namun kaya akan manfaat kesehatan.2 Air tebu telah digunakan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit di berbagai belahan dunia. Penelitian menunjukan air tebu mampu meningkatkan kekebalan bawaan terhadap infeksi. Tebu juga kaya akan polifenol yang bersifat antioksidan. Tebu bermanfaat bagi organ hati dengan membantu menstabilkan kadar bilirubin, sehingga di India, penderita penyakit kuning akan disarankan meminum jus tebu.

Alih-alih berbahaya, tebu justru bermanfaat bagi ginjal. Efek diuretik tebu membantu melancarkan aliran urin. Penderita diabetes juga baik mengonsumsi tebu,karena indeks glikemiknya rendah. Bahkan, antioksidan polifenol pada tebu membantu pankreas untuk lebih banyak menghasilkan insulin.

Meski manis, kandungan mineral yang tinggi pada tebu justru bermanfaat bagi kesehatan gigi. Sedangkan untuk kulit, kandungan asam alfa hidroksi pada tebu membantu melawan jerawat, mengurangi noda, menunda penuaan serta mampu menghidrasi kulit. Banyaknya aplikasi tebu untuk pengobatan menobatkan sari tebu sebagai minuman ajaib. Sayangnya jus tebu tidak bertahan lama, sari tebu yang baru diekstraksi hanya baik dikonsumsi dalam waktu 15 menit saja, lebih dari itu air tebu sangat mudah untuk teroksidasi. 

Teror Revolusi Industri dan Revolusi Hijau

Dunia telah mengalami kemajuan besar-besaran sejak dimulainya revolusi industri pada akhir abad ke-18 yang terjadi hampir di setiap aspek kehidupan di seluruh dunia. Hampir seluruh pekerjaan sehari-hari bisa dikerjakan oleh mesin. Tujuannya menguntungkan produsen dengan memaksimalkan output produksi sehingga permintaan pasar terpenuhi, bahkan melebihi. Memang, data menunjukkan integral populasi manusia semakin meningkat pesat setiap tahunnya.

Dunia pertanian tak mau kalah, dengan melahirkan revolusi hijau pada 1940-an yang dicetuskan Norman Ernest Borlaug. Di Indonesia, revolusi hijau ini dimulai pada era presiden Soeharto dengan memodernisasi alat-alat pertanian, penggelontoran pupuk dan pestisida kimia serta pemuliaan benih untuk menghasilkan buah atau sayur yang sesuai “pesanan” konsumen. Terdengar seperti kabar baik namun tak lebih dari bom waktu yang akan meledakkan bencana karena hanya akan memperburuk ekologi dan menghancurkan kedaulatan petani. Akhirnya makanan kita berubah. Tebu kita sudah berubah.

Tebu menghasilkan gula. Gula adalah salah satu komoditas penting dan termasuk kebutuhan pokok baik dari skala rumah tangga hingga skala industri. Produksi tebu nasional didominasi oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 58,67%, sedangkan produksi perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara hanya menyumbang sebesar 27,71% dan 13,73% dari total produksi tebu nasional (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017). Pabrik gula membuat syarat kualifikasi tebu secara kuantitas dan kualitas kepada petani tebu komersial. Ini menuntut para petani komersial untuk lebih banyak meningkat output produksi. Berkat revolusi hijau, petani melakukan “sulap” ini, dengan mengandalkan input pupuk anorganik (yang sebenarnya lebih mahal) serta lebih banyak pestisida.

Dalam proses produksi pembuatan gula pasir di pabrik gula, beberapa bahan kimia yang biasa digunakan antara lain kapur, belerang, fosfat, surfaktan, soda, flokulan, fondant dan lainnya (mengutip dari https://belajargula.wordpress.com). Artinya, yang masuk ke tubuh manusia tidak hanya nira tebu murni.

Kamu adalah Apa Yang Kamu Makan

“Kamu adalah apa yang kamu makan”. Petuah bijak dari para dokter. Sejak kanak-kanak saya sangat senang membaca. Semakin bertambah usia, buku tentang kesehatan menjadi menarik untuk dibaca. Buku The Miracle of Enzym karya dokter Hiromi Shinya adalah cinta pertama saya. Ayah saya yang membeli buku tersebut, karena beliau lebih dulu tertarik dengan diet sehat. Buku ini benar-benar mengubah cara saya makan. Dokter Hiromi Shinya merupakan seorang ahli bedah berkebangsaan Jepang, Guru Besar Kedokteran Albert Einstein College of Medicine, AS. Beliau adalah dokter pertama yang berhasil melakukan pengangkatan polip usus besar tanpa operasi invasif dan pelopor teknik kolonoskopi modern. Dokter Shinya sangat terkenal dengan teori pengobatannya yang agaknya sedikit berbeda dengan teknik pengobatan modern dan Barat. Profesor Shinya tahu betul akan kehebatan tubuh manusia dalam menyembuhkan penyakitnya sendiri. Pernah dengar teknik Enema Kopi? Ya, dokter Shinya adalah penemu teknik detoksifikasi usus secara alami dan tanpa risiko. Hampir dalam semua bukunya, dokter Shinya akan mengingatkan kita betapa penting dan ajaibanya enzim bagi kehidupan. Dokter Shinya memiliki perhatian yang besar pada usus dan organ pencernaan. Kata dokter Shinya “Usus adalah otak kedua”. 

Sehat ala Dokter Shinya

Tamat dengan buku The Miracle of Enzym membuat saya makin penasaran dengan gaya hidup sehat beliau. Akhirnya saya memboyong hampir seluruh buku karya dokter Hiromi Shinya. Tentunya sebatas buku yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia seperti Mukjizat Mikroba, Terapi Enzim, Seni Diet Bahagia A la Hiromi Shinya, Revolusi Makan, Revolusi Awet Muda. Berikut saya tuliskan berapa gaya hidup sehat dokter Shinya:

  • Konsumsilah makanan kaya enzim dan menghindari makanan yang teroksidasi dan yang mudah teroksidasi seperti minyak goreng tak jenuh, margarin, lemak trans. Susu kemasan yang dijual di supermarket termasuk minuman yang mengandung lemak teroksidasi.
  • Sebisa mungkin hindari atau kurangi konsumsi protein hewani dan menggantinya dengan sumber protein nabati seperti kedelai, kacang merah atau kacang azuki. Ikan laut yang berukuran kecil adalah sumber protein hewani terbaik. Konsumsi protein hewani berbasis daging sapi terlalu banyak akan membebani kerja usus, menguras kerja enzim, dan menghasilkan racun bagi tubuh.
  • Mengganti sumber karbohidrat beras dengan karbohidrat kompleks dari biji-bijian utuh yang kaya serat, vitamin, dan mineral.
  • Pentingnya menjaga ketersediaan enzim dalam tubuh dengan menghindari stress, alkohol, asap rokok, dan tidak begadang.
  • Beberapa makanan yang kaya enzim adalah buah. Buah yang kaya enzim tumbuh dari tanah yang kaya akan hara dan mineral. Buah-buahan yang kita makan hari ini tentu berbeda dengan buah-buahan yang ditanam 50 tahun silam dalam hal kandungan gizi dan nutrisinya. Untuk hal itu, buah-buahan organik adalah yang pilihan yang terbaik.
  • Memiliki jadwal “pembuangan” yang teratur dan baik.

Ketakjuban saya akan keajaiban tubuh manusia membawa saya berselancar di marketplace mencari buku-buku kesehatan lainnya. Berbekal referensi dari google, saya menambah koleksi buku seperti Mau Sehat? Jauhi Rumah Sakit dan Obat karya Dr Shin Woo Seob. Tadaa! Berikut beberapa koleksi buku saya (dan masih ada yang belum masuk foto)

Ikuti!

Saya begitu bersemangat mempraktikkan apa yang saya pelajari dari buku-buku tersebut. Beberapa yang pernah atau sedang saya terapkan seperti: (catatan : saya belum konsisten melakukannya)

  • Mengonsumsi sayuran kukus (sebentar)
  • Mengonsumsi beras merah
  • Mengawali hari dengan konsumsi makanan mentah kaya enzim. Tentunya buah-buahan lokal adalah pilihan yang terbaik. Saya senang pepaya dan mangga. 
  • Meminum air putih yang baik dengan cara yang benar. Air yang baik memiliki pH tinggi/basa. Hindari konsumsi air ledeng rebusan.
  • Tidak mengonsumsi makanan instan olahan
  • Mengunyah makanan lebih lama agar makanan tercampur dengan enzim yang ada pada air liur (kadang-kadang saya lupa melakukannya)
  • dan yang paling berpengaruh bagi kesehatan saya rasanya adalah “Meninggalkan Gula Pasir”

Kalau kamu butuh alasan cepat maka jawabannya adalah karena manusia adalah makluk non ghaib yang paling jahat yang ada di muka bumi.

Manusia, Makhluk Kasat Mata Terjahat di Bumi

Allah Sang Pencipta Yang Maha Baik telah menghamparkan apa yang ada di bumi semuanya untuk keperluan hidup manusia, menumbuhkan tanaman sebagai produsen utama rantai makanan makhluk hidup, menundukkan hewan agar bisa dimanfaatkan tenaganya, susunya, dagingnya, bulu nya. Lengkap! sampai bakteri pengurai pun ada yang bermanfaat memberi nutrisi pada tanah. Semua ini sudah pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seluruh makhuk yang ada di bumi.

Sayangnya, manusia, sebagai makhluk berakal yang diberi hawa nafsu dan senantiasa berada dalam iming-iming dosa bisikkan iblis dan syaitan mudah sekali berbuat kerusakan di bumi. Para Malaikat tahu tentang ini (dan Allah Yang Maha Tahu akan hikmah penciptaan segala sesuatu yang Allah kehendaki untuk diciptakan)

Ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Quran Surat Al Baqarah ayat 30

Begitulah tingkah mereka yang merusak bumi, mengeruk bumi sehabis-habisnya tapi tidak mau memberi sesuatu yang baik untuk bumi (maksudnya bukan sesajen ya hehe karena itu Syirik, bahaya sekali dan sangat bahaya bahkan paling berbahaya. Maksudnya adalah sistem pertanian organik yang bermanfaat memperkaya unsur hara bagi tanah). Begitu rakus nya manusia sampai-sampai mikroba kecil pun takut hidup berdampingan dengan manusia. 

Ketika Obat Menjadi Racun

Jika kita menelusur jejak perjalanan apa yang tersaji di atas meja makan kita dari hulu hingga ke hilir akan kita dapati bahwa hampir semuanya adalah campur tangan bahan kimia dan mesin pengolah. Seperti yang sudah sedikit disinggung di prolog tetang bagaimana revolusi industri dan revolusi hijau mengubah bumi, dan mengubah kesehatan kita. Tanah kita kini kaya akan pestisida dan nutrisi kita disadap dari pupuk sintetis. Tak sampai disitu, bahan pangan kita diolah oleh mesin-mesin berteknologi tinggi untuk menghasilkan makanan yang awet berbulan-bulan di rak penyimpanan kita.

Jangan lupakan bahwa hewan ternak sekalipun juga harus memiliki sertifikat imunisasi suntik sana sini, vitamin a sampai z, lengkap dengan hormonnya. Pakannya saja harus pakai vitamin. Jangan tanya kenapa, ini karena agar susu dan daging mereka bisa menghasilkan vitamin yang lebih banyak, bukan untuk anaknya, tapi untuk manusia (lebih tepatnya agar produsen bisa lebih enak mempromosikan makanan “sehat” nya)

sumber gambar : https://www.antarafoto.com/view/155427/nira-tebu

Gambar yang tersedia di website ini dijual. Tapi karena saya tidak melakukan pembelian maka saya hanya mendownload gambar disertai watermark. Jika perbuatan saya termasuk ilegal, mohon beri tahu saya.

Keterangan : gambar jus tebu sebelum diolah menjadi gula pasir berwarna hijau pekat. 

Gambar ini hanya salah satu contoh bahwa manusia berhasil mengubah “makanan alami” menjadi “bibit racun bagi tubuh”. Contoh yang paling sering dalam kehidupan sehari-hari adalah kita mengira sedang menyerap vitamin dan mineral dari buah dan sayur tapi di saat yang sama kita juga sedang mencicil tumpukan racun pestisida dan pupuk kimia ke dalam tubuh. Meski pemerintah sudah memiliki regulasi yang mengatur kadar pestisida dan pupuk anorganik, namun penerapan hukum di negara kita masih rendah, sangat rendah.

Ibu dari Segala Penyakit

Gula merupakan ibu dari segala sumber penyakit. Banyak yang mengira bahwa kolestrol, penyakit jantung, gagal ginjal, dan penyakit tidak menular lainnya disebabkan oleh faktor masing-masing. Padalah banyak penelitian menunjukkan bahwa umumnya penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup memiliki hubungan erat dengan gula. Bahkan, dibanding lemak, gula jauh lebih banyak menyumbang lemak bagi tubuh kebanding sumber lemak itu sendiri. https://www.nytimes.com/2016/09/13/well/eat/how-the-sugar-industry-shifted-blame-to-fat.html.

Biasanya penyakit pertama yang dihadiahkan gula adalah diabetes tipe 2 yang diawali resistensi insulin. Diabetes adalah ibu dari segala penyakit. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data dari Institude for Health Metrics and Evaluation bahwa diabetes merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi ke 3 di Indonesia tahun 2019 yaitu sekitar 57,42 kematian per 100.000 penduduk. Data International Diabetes Federation (IDF) mendapati bahwa jumlah penderita diabetes pada 2021 di Indonesia meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Jumlah tersebut diperkirakan dapat mencapai 28,57 juta pada 2045 atau lebih besar 47% dibandingkan dengan jumlah 19,47 juta pada 2021.

Batas Konsumsi Gula

Biar adil, saya tidak hanya menyalahkan produsen saja, karena kita sebagai konsumen yang keras kepala ini sudah diperingatkan oleh para ahli kesehatan bahwa konsumsi gula tidak boleh berlebihan. Ada batas anjuran yang sudah diperingatkan Kemenkes yaitu maksimal 50 gram setiap hari (bagi dewasa). American Heart Association (AHA) lebih ketat lagi dalam memberikan aturan yaitu 37,5 gram bagi laki-laki dan 25 gram bagi wanita.

Selain itu gaya hidup kita pun sudah serba instan dan teknologi tak bosan-bosannya memanjakan kita. Alhasil perilaku mager menjadi tabiat masing-masing kita. Jarang jalan kaki, jarang terpapar sinar matahari pagi, jarang mengeluarkan kalori, lebih banyak duduk dan menunduk (main hp). Apalagi olahraga, hampir-hampir tak pernah. Tak perlu heran, di zaman yang tidak hanya teknologinya saja yang canggih, tapi makanannya juga canggih, begitupun penyakit yang tak mau kalah canggih, modern, dan semakin mematikan. Pernah dengar kisah anak-anak pengidap diabetes? https://www.bbc.com/indonesia/articles/clj6rene4y7o

Bagaimanapun, gula (pasir) sudah lekat dengan kehidupan sehari-hari manusia. Kue, cokelat, permen selamanya akan menjadi kesukaan bagi semua orang. Kita tak lantas meninggalkan makanan-makanan lezat tersebut, tapi kita bisa memilih makanan manis yang terbuat dari bahan-bahan alami, bukan sintetis. Yang dibuat untuk segera dikonsumsi, bukan untuk disimpan berbulan-bulan. Dibuat untuk kualitas, bukan kuantitas, dan diracik demi kesehatan gizi manusia, bukan untuk profit semata.  

My Healthy Baking Journey

Alhamdulillah di luaran sana mulai banyak produsen cemilan sehat yang menggunakan bahan baku alami. Oh iya sedikit curhat, saya pribadi cukup ketat ketika membeli makan, terutama terkait kehalalan produk. Zaman sekarang, semua orang bisa melakukan kegiatan produksi dan jual beli. Banyak produk beredar yang belum memiliki izin legalitas dan belum memenuhi syarat yang sudah diatur oleh lembaga otoritas perdagangan dan pangan.

Bagi saya, karena ini terkait makanan yang akan masuk ke dalam tubuh menjadi daging dan darah, maka saya hanya akan membeli produk yang telah memiliki izin BPOM, PIRT, dan pastinya Halal MUI. Untuk tempat makan warungan biasanya saya akan melihat penjualnya muslim kah, berjilbab kah, kalau muslim, maka sudah cukup dengan prasangka baik bahwa makanannya halal dan thoyyib. Kalau penjualnya laki-laki kadang juga saya perhatikan apakah terbiasa meninggalkan shalat, seperti shalat Jum’at demi berjualan. Jika terpantau sering meninggalkan shalat dan shalat jum’at biasanya akan saya blacklist dari daftar jajanan saya. Dengan Allah saja tidak takut, apalagi dengan sesama manusia. Bisa-bisa makanannya……

Meski sudah mudah untuk mengakses berbagai makanan, rasanya sebagai seorang perempuan kita harus punya keahlian masak di dapur. Konon katanya budget emak-emak itu banyak habis untuk pengeluaran jajan para bocah. Ada banyak manfaat jika kita memasak sendiri. Budget yang lebih murah, pemilihan bahan baku yang terjamin kualitas, kesegaran, dan kehalalannya, badan juga jadi lebih sehat karena bergerak, dan keuntungan yang tak kalah besar adalah mempererat hubungan ibu dan anak ketika memasak bersama. Rasa dan kualitas sudah tentu terjamin. 

Pangan Lokal yang Terbaik

Sebelum menulis blog ini, saya cukup senang berkreasi membuat kue (meski awal-awal sering kali zonk hehe). Saya ingat betul saya pernah punya koleksi varian perisa cukup lengkap, mungkin sekitar 10-12 botol, belum lagi bahan tambahan pangan lainnya. Namun sekarang rak baking saya sudah steril dari bahan tambahan pangan seperti itu, kalaupun ada mungkin yang tersisa hanya baking powder dan baking soda. Saya mulai tertarik mempelajari makanan plant based, gluten free food dan apapun yang bernaung dibawah healthy and natural food. Baru-baru ini setelah baca bukunya Mas Ahmad Arif yang berjudul Sagu Papua untuk Dunia dan buku Sorgum, Benih Leluhur untuk Masa Depan mendorong saya untuk berkelana menyelami kekayaan pangan lokal Nusantara. Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta.

Ini Dia Tips ala Saya!

Saya ingin sedikit berbagi beberapa tips untuk membuat panganan manis seperti kue dan kukis dengan penggunaan bahan yang alami tanpa menambahkan bahan tambahan pangan. Berikut tipsnya:

  1. Non Additive (tanpa bahan tambahan pangan). Perisa, pewarna, pengembang, penstabil, pengemulsi, pengawet adalah beberapa bahan tambahan pangan yang pasti dimiliki setiap pembuat kue. Memang bahan tambahan pangan tersebut telah mendapat izin BPOM, Depkes dan juga sertifikat halal (tidak semua). Namun bukan berarti menggampangkan. Sesekali boleh, namun jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang, intensitas yang sering, dan jumlah yang tidak sedikit akan menyebabkan efek buruk bagi kesehatan tubuh. Ini karena mereka bersifat sintetis bukan alami.
  2. Mengganti tepung terigu. Terigu berasal dari gandum. Gandum bukanlah makanan asli penduduk Indonesia, buktinya gandum tidak bisa tumbuh di Indonesia. Negara kita telah melakukan impor gandum secara besar-besaran, bahkan Indonesia sempat menjadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia pada 2017/2018 (Data USDA). Sebuah artikel menjelaskan adanya hubungan sebab akibat antara gluten dari gandum modern dengan penyakit imunitas masa kini. https://grainstorm.com/pages/modern-wheat. Jauh sebelum lahan pertanian kita ditanami padi, nenek moyang kita telah menemukan tumbuhan yang tumbuh subur di tanah tropis ini seperti sagu, sorghum, pisang dan umbi-umbian seperti singkong sebagai sumber karbohidrat utama. Tepung ini bebas gluten, lebih rendah indeks glikemik, dan mengandung lebih banyak pati resisten sehingga baik bagi penderita seliak atau sensitivitas gluten. Pastinya baik bagi pencernaan secara umum karena mendukung keseimbangan flora mikrobioma usus. Selain itu bisa juga menggunakan tepung:
    • Tepung yang terbuat dari biji-bijian utuh, khususnya yang bersumber dari lokal seperti tepung sorgum, tepung sagu (ini sebenarnya bukan tumbuhan biji-bijian tapi palem-paleman), tepung beras utuh, tepung kacang hijau. Atau sesekali jika terpaksa konsumsi yang bersumber dari impor seperti tepung gandum utuh, tepung whole rolled oat, rye.
    • Tepung yang terbuat dari umbi-umbian seperti tepung mokaf, tepung umbi garut, tepung talas, tepung ubi ganyong, tepung labu, tepung kentang.
    • Kombinasikan bersama tepung yang terbuat dari kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede, kacang kenari, kacang pitachio, almond dan lainnya
  3. Tidak menggunakan gula pasir putih apalagi pemanis buatan. Gunakanlah gula aren, gula palem, gula sorgum, gula kelapa, gula tebu organik, stevia, madu, sirup daun maple. Selain itu kita bisa menambahkan buah-buahan yang tinggi gula seperti kurma, pisang yang sudah matang, nanas, mangga, kismis, dan masih banyak lagi. Dengan begitu penggunaan gula bisa dikurangi.
  4. Hindari penggunaan lemak yang mengandung lemak jenuh yang terhidrogenasi dan lemak trans. Untuk jenis kue yang menggunakan minyak bisa menggunakan minyak kelapa, minyak zaitun, minyak biji bunga matahari, minyak kanola, minyak kedelai (pastikan terdapat label non GMO (Genetic Modified Organism). Untuk jenis kue yang menggunakan lemak yang padat, pilihan terbaik versi saya adalah natural butter, atau grass fed butter, atau margarin tanpa kandungan lemak trans. Jika kamu seorang vegan, sekarang sudah tersedia opsi vegan butter. Intinya, pastikan tidak mengandung lemak trans dan rendah kolestrol.
  5. Tambahkan puree atau potongan buah seperti berry, apel, pisang, nanas, mangga atau sayur seperti bit, wortel, atau umbi seperti ubi ungu manis.. Namun buah sebaiknya tidak ikut proses pemanggangan karena akan merusak vitamin dan mineral buah.
  6. Tambahkan biji-bijian seperti biji labu, biji chia, biji flax atau kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang mede, walnut, almond, pistachio. Biji-bijian dan kacangan menyumbang sejumlah kalori yang membuat kenyang lebih lama sehingga konsumsi camilan tidak berlebihan. Serat membantu agar tidak terjadi lonjakan gula darah. 
  7. Menambahkan bumbu masak rempah seperti kayumanis atau kapulaga India bisa memberi citarasa rempah yang khas pada kue. Bagi lidah yang belum terjamah produk-produk olahan supermarket, kue ini akan terasa sangat lezat. 
  8. Garam adalah makanan yang sehat dan bergizi, jangan hiraukan kampanye “kurangi makan garam”. Garam kaya akan mineral yang baik bagi tubuh dan baik bagi pencernaan. Dengan rajin mengonsumsi garam bisa membantu kita mengurangi konsumsi makanan manis. Dalam pembuatan kue, garam membantu membentuk dan memperkuat struktur kue. Tentunya syarat untuk mendapatkan manfaat garam adalah dengan memilih garam laut alami, bukan garam rafinasi a.k.a natrium klorida atau garam meja. 
  9. For dairy free, bisa mengganti susu sapi dengan santan kelapa murni (bukan santan kemasan), kedelai (pilih yang berlabel non GMO dan organik), susu beras, susu oat atau susu dari kacang seperti almond. Untuk santan baiknya dikonsumsi dalam keadaan belum dimasak atau dipanaskan. Santan memiliki kandungan asam lemak dan trigliserida yang baik bagi kesehatan, namun jika dipanaskan asam lemak akan berubah menjadi lemak jenuh yang meningkatkan kolestrol LDL dan berbahaya bagi kesehatan.
  10. Dalam memilih bahan baku, pastikan memilih yang tanpa pemanis (unsweetened). Cokelat compound dengan berbagai warna dan rasa sejatinya bukanlah cokelat sebab lemaknya menggunakan minyak sawit bukan lemak kakao. Chocolate couverture mungkin menjadi pilihan yang lebih baik karena menggunakan lemak kakao, if you want healthier, try 100% organic dark chocolate. Cokelat kaya akan antioksidan.
  11. Jangan gunakan penghias kue yang terbuat dari gula seperti glaze, atau sugar sprinkle bahkan selai “kiloan”. Umumnya selai “kiloan” mengandung sangat banyak banyak gula, perisa, pewarna, dan pengawet. Lebih baik menggunakan puree buah-buahan atau selai buah homemade
  12. Buat saya pribadi, sebenarnya tidak mengapa jika menggunakan susu dan telur dalam kue karena akan menambah nilai gizi (kecuali jika alergi). Nah untuk telur sendiri saya cukup longgar alias tidak mengapa jika menggunakan telur ayam negeri. Namun, jika ada budget lebih, boleh sesekali kita membeli telur organik, telur omega 3, free range eggs (telur dari ayam yang hidup secara bebas), atau cage free eggs (telur yang hidup dalam kandang namun tetap memiliki ruang untuk bisa berkeliaran), atau telur dengan label salmonella free. Lengkapnya jenis telur boleh klik link ini bakers : https://aido.id/health-articles/mengenal-berbagai-perbedaan-jenis-telur-ayam/detail
Keywords

Jika ingin mengakses lebih luas, Bakers bisa berselancar menggunakan keyword: plant based, raw vegan, keto friendly, paleo, gluten free, sugar free . 

Tadaa! Akhirya, ini beberapa kriteria cake sehat versi saya, yang terpenting apapun yang kita makan adalah yang halal dan thoyyib, dan yang paling penting lagi niatkan makan dalam rangka beribadah kepada Allah. Terakhir, jangan mengisi lambung sampai kenyang, karena banyak makan mudah membuat hati lalai. 

Semangat Bakers, Dapurku, Laboratoriumku, berkreasilah sesukamu:) Baarokallahu Fikum wa Jazaakumullah Khair. 

Referensi: jj

UGM. Diabetes Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia: Batasi dengan Snack Sehat Rendah Gula. [online] Tersedia di: <https://ditpui.ugm.ac.id/diabetes-penyebab-kematian-tertinggi-di-indonesia-batasi-dengan-snack-sehat-rendah-gula> [Diakses pada 15 Mei 2024]

  1. Beauchamp G. (2016). Why Do We Like Sweet Taste: A Bitter Tale?. [online] Tersedia di: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5003684/> [Diakses pada 15 Mei 2024] ↩︎
  2. Chinnadurai C. (2017). Potential Health Benefits of Sugarcane. [online] Tersedia di: <https://www.researchgate.net/publication/319013514_Potential_Health_Benefits_of_Sugarcane> [Diakses pada 14 Mei 2024] ↩︎
3 thoughts on “My Healthy Baking Journey!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *