“Mba gula nya sedikit aja ya”

“Duh gula nya berapa gram ya per sajian”

“Yang less sugar ya Mas! Hmm atau Americano deh sekalian

Dan yaa, inilah si tukang jajan yang suka bikin pusing penjual karena banyak request. Kalau belanja ke minimarket pasti selalu cek nutrition fact dan langsung zoom berapa kandungan gulanya, cek lagi untuk berapa sajian. Jangan-jangan gula nya 6 gram tapi untuk 5 sajian. Karena kan saya tukang makan jadi suka ngga sadar gitu tiba-tiba kemasan besar habis aja sendirian. Ups. 6 gram x 5 sajian = 30 gram

Nikmat nya hidup jadi “si paling anti gula (rafinasi)”, jajan apa-apa jarang dimintain karena…”pasti ngga manis, ah ngga seru!”

Part 1 nya disini: Tips Baking Sehat


Bismillah

Ahlah bakers! 

Revolusi Glukosa- Jessie Inchauspe :

“Kita tidak perlu makan gula untuk hidup, karena tubuh kita tidak membutuhkan gula terutama fruktosa, tubuh kita hanya membutuhkan gugusan karbohidrat dalam bentuk glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan kekurangan glukosa, tubuh masih bisa memproduksi glukosanya sendiri sekalipun makanan yang dikonsumsi tidak mengandung glukosa. Kita juga tidak perlu makan gula (ingat!, gula bukan glukosa) untuk memperoleh energi karena sesungguhnya gula malah menurunkan level energi kita. Ketika menginginkan yang manis-manis, yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah memakan buah utuh, demikianlah cara alam menyajikannya untuk kita- berjumlah sedikit, tidak terlalu pekat, dan disertai serat”


My New Life

Setelah mulai menapaki jejak pencarian kudapan manis yang alami, saya jadi pemilih soal makanan, tidak hanya soal camilan, bahkan saya mulai berifikir tentang diferensiasi pangan dengan memilih pangan lokal yang sebenarnya lebih kaya gizi, manfaat, dan lebih cocok bagi mikroba usus penduduk lokalnya. Namun rasanya tidak mudah jika menjalani ini sendirian, akan lebih mudah dan menyenangkan jika seluruh anggota keluarga kompak untuk meniti jalan makanan sehat ini bersama-sama. Kadang, ketika rumah kami kedatangan tamu, mereka membawa bingkisan sekotak brownies, donat glaze, atau kudapan manis lainnya yang berbahan tepung terigu dan kaya gula. 

Mubadzir kalau ngga dimakan” pikir saya dalam hati. Sesekali kami berikan kudapan itu pada security komplek yang sedang bertugas, tapi seringnya kami makan. Dan ya, rasa bersalah menyelimuti hati saya. “Apa kabar gula darahku, sedang naik roller coaster ya?”. Kadang anggota keluarga lain menilai saya terlalu lebay dalam menghindari diet junk food, tapi kalau kamu penasaran kenapa saya mau bersusah payah menjalani pola makan sehat, khususnya dalam menghindari gula, sebenarnya alasan pertama bukan karena mengejar sehat. Tapi karena saya sudah tahu dari lama kalau makan gula bikin cepat tua.

Semua Ada Gula

Begitulah kaum wanita, setiap kami mendamba punya kulit sehat dan awet muda. Itulah mengapa nampaknya bisnis klinik kecantikan menjanjikan profit yang menguntungkan. Suntik, laser, operasi dan lainnya. Saya cukup berat merogoh kocek untuk pergi ke klinik kecantikan agar kulit saya seperti mesin waktu yang mampu menunda penuaan (yang sebenarnya pasti terjadi), jadi saya pikir lebih baik uangnya saya alokasikan untuk membeli makanan sehat yang umunya lebih mahal sebagai kompensasi dari menghindari makanan yang mengandung gula pasir rafinasi, tepung rafinasi, dan lemak trans yang terlampau banyak beredar di pasaran.

Berdasarkan perhitungan kasar saya, dalam sepotong kue bolu kurang lebih mengandung 10-20 gr gula. Jumlah yang sedikit kalau setiap hari kita hanya makan satu potong kue. Tapi kita tidak sadar, bahwa hampir setiap momen kita memasukkan gula ke dalam tubuh kita. Hampir semua makanan kita mengandung gula, bahkan makanan gurih sekalipun seperti saus tomat, keripik kentang, atau salad dressing. Itulah sangat sulit rasanya untuk menjauhkan gula dalam kehidupan kita sehari-hari. Padahal makanan yang kita konsumsi hampir seluruhnya karbohidrat, dan makanan kita terlalu banyak macamnya, dan manusia sebagai pemakan segala sangat tertarik untuk mencoba semuanya. Iya, tapi bagaimana dengan tubuh kita? 

Mitokondria: Pabrik Energi Sel

Gula, apapun sumbernya, gula pasir, gula merah, bahkan gula dari buah sekalipun, ketika masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi glukosa. Glukosa sangat vital bagi otak dan penting bagi sel. Penurunan glukosa otak yang akut dan parah dapat dengan cepat menyebabkan gangguan fungsi kognitif dan refleks, kegagalan otonom, kejang, kehilangan kesadaran, serta kerusakan otak permanen dan ireversibel, dan jika tidak segera diperbaiki, dapat berakibat fatal1

Di dalam sel, glukosa digunakan oleh organel mitokondria, untuk menghasilkan energi bagi sel. Sayangnya, asupan glukosa kita terlampau melebihi glukosa yang dibutuhkan oleh sel. Akibatnya, kelebihan glukosa disimpan sebagai glikogen di hati dan otot, juga sebagai lemak di sel lemak. Fruktosa dalam hal ini lebih jahat daripada glukosa bagi tubuh, sebab fruktosa tidak bisa diubah menjadi glikogen dan hanya bisa disimpan sebagai lemak di sel lemak. 

Tanpa karbohidrat sebenarnya tubuh kita masih bisa mendapatkan asupan glukosa melalui “ketosis nutrisi” yaitu mengubah cadangan lemak menjadi glukosa, inilah fleksibilitas metabolik tubuh ciptaan Yang Maha Hebat, dan tubuh nenek moyang kita sudah terlatih dengan itu. Kita semua sepakat bukan bahwa umur nenek moyang kita lebih panjang dari umur generasi sekarang?

Overdosis Glukosa

Kita lebih senang menerima sumber energi dari karbohidrat karena rasanya lebih enak (donat, mie ayam, gorengan), dan kita terlampau berlebihan memakannya (sekali lagi, berlebihan). Sel tubuh kita akhirnya terlalu sering kebanjiran glukosa. Mitondria yang kelelahan tidak mampu efisien mengubah asupan gula yang terlalu banyak. Oleh tubuh, sebagian glukosa diubah menjadi glikogen (gula dalam otot) di otot dan hati, dan sebagian disimpan di hati sebagai sel lemak. Jika kita membangun massa otot dengan baik, kita bisa memiliki tambahan tempat penyimpanan gula. (catatan : Praktisi Thibbun Nabawi dan Kedokteran Klasik, ‘Abdurrahman Dani dalam forumnya berkata “Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan termasuk tidak baik membesarkan otot berlebihan, karena akan memaksa aliran darah banyak ke otot, sehingga porsi ke otak berkurang dan bisa berdampak mengurangi kekuatan hafalan). Namun gaya hidup manusia zaman sekarang seringkali kurang menggunakan otot. Glukosa yang tersisa disimpan sebagai lemak di hati. Kelebihan glukosa merangsang produksi asam lemak di hati. Saat tubuh mencerna asam lemak bebas, senyawa yang dihasilkan dapat memicu proses peradangan. Tubuh menanggapi peradangan yang terjadi di mana-mana dengan melepas radikal bebas.

Mengutip dari wikipedia.org :Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan satu buah elektron dari pasangan elektron bebasnya, atau merupakan hasil pemisahan homolitik suatu ikatan kovalen. Elektron memerlukan pasangan untuk menyeimbangkan nilai spinnya, ini membuat molekul radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan molekul lain, membentuk radikal baru. Ketika molekul oksigen terpecah menjadi atom tunggal yang memiliki elektron tak berpasangan, mereka menjadi radikal bebas.

Dalam kondisi normal tubuh kita mampu menangani radikal bebas dalam jumlah yang sedikit. Ketika radikal bebas yang perlu dinetralkan jumlahnya terlampau banyak, sel kita mengalami stress oksidatif. Stres oksidatif dapat merusak sel-sel tubuh sehingga menyebabkan berbagai penyakit dan menimbulkan gejala penuaan, seperti kerutan. Stres oksidatif merupakan pemicu penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan lainnya.

Resistensi Insulin

Kembali ke mitokondria yang merupakan pabrik energi bagi sel. Ketika mitokondria tidak bisa efektif mengubah glukosa menjadi energi, sel menjadi kelaparan. Sel yang kelaparan memicu pelepasan hormon ghrelin, yang bertugas mengirim sinyak ke otak bahwa “kita lapar” (padahal kadar gula di aliran darah kita sangat banyak). Kita cepat-cepat membeli sebatang cokelat di minimarket untuk mengganjal lapar sambil bergumam dalam hati “perasaan baru tadi makan kok udah lapar lagi”. Glukosa lagi-lagi membanjiri aliran darah kita. 

Tubuh merespon kebanjiran glukosa dengan melepas hormon insulin agar glukosa bisa segera diantar ke dalam sel agar sel tidak “lapar” lagi. Insulin dilepas dalam jumlah banyak. Seketika semua gula darah masuk ke dalam sel, dan kadar gula di dalam darah turun dengan sangat cepat (Hipoglikemia). Selanjutnya kita tertipu lagi karena sel cepat-cepat mengirim sinyal lapar, dan kita makan lagi. Insulin dilepas lagi dalam jumlah banyak. Lagi

Beginilah siklus lingkaran setan berjalan. 

Insulin yang terlalu sering dilepas membuat organ tubuh menjadi kebal dengan insulin. Kita mengenalnya dengan resistensi insulin. Berikut mekanismenya : Nasi diubah menjadi glukosa dalam tubuh, selanjutnya pankreas buru-buru melepas insulin agar glukosa di dalam darah bisa diantar ke dalam sel. Namun resistensi insulin membuat sel tidak lagi mengenali insulin. Akhirnya glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel dan tertinggal di dalam pembuluh darah. Kadar gula darah kita tinggi. Dokter memvonis kita mengalami pradiabetes…yaa meskipun ujung-ujungnya lahir juga diabetes tipe 2. 

Bapak Louis-Camille Maillard juga memberi tahu kita, bahwa ketika molekul glukosa menabrak molekul senyawa protein dan lemak akan menyebabkan proses glikasi (pencoklatan atau gosongnya sel, yang ditandai dengan munculnya  keriput dan garis halus pada kulit). Penuaan adalah pasti, karena tubuh kita tidak diciptakan untuk hidup abadi. Kita tidak bisa menghentikan penuaan tapi kita bisa mempercepat atau memperlambatnya. 


Glukosa yang terlalu banyak dalam tubuh menciptakan radikal bebas, stress oksidatif, dan glikasi. Tubuh kita mengalami inflamasi atau peradangan dimana-mana. Dalam keadaan normal, tubuh mampu mengatasi radikal bebas dan peradangan, namun, ketika beban kerja tubuh terlalu berat, kelebihan gula akan mendatangkan penyakit bagi tubuh. 

Sebenarnya, bagaimana hubungan glukosa dengan organ tubuh lainnya?

1.Otak

Otak mengonsumsi sekitar 25% glukosa tubuh, hal ini menunjukkan pentingnya glukosa dalam menjaga fungsi normal otak. Konsumsi gula membuat otak melepas hormon dopamine (yang juga dilepas saat seseorang mengonsumsi narkoba). Hormon dopamin menimbulkan perasaan nyaman dan senang. Hal ini mengakibatkan efek ketagihan atau candu, sehingga kita terus saja makan dan makan gula sampai kadar gula darah dalam tubuh tinggi. Hal ini berlanjut menjadi:

  • Kadar glukosa yang tinggi dalam darah yang membuat darah menjadi lengket dan meningkatkan risiko penggumpalan pembuluh darah otak (stroke). 
  • Kadar gula darah tinggi juga menyebabkan perlemakan pada pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah menyebabkan inflamasi dan pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) yang selanjutnya menyebabkan penyakit jantung
  • Ketika tubuh sudah resisten dengan insulin, dimana sel-sel di otot, lemak, dan hati tidak merespon kehadiran insulin sehingga glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel. Glukosa tertinggal di aliran darah dalam jumlah yang tinggi menyebabkan munculnya banyak penyakit dan komplikasi. 

Bagi otak, resistensi insulin dapat mengakibatkan penyusutan hipokampus dan amigdala, wilayah di otak yang juga menyusut ketika terkena penyakit Alzheimer dan demensia lainnya.

Hipokampus dan Amigdala

Otak bergantung pada arteri yang membawa oksigen dan nutrisi. Bila terjadi cedera mikrovaskuler, otak akan terpengaruh. Individu dengan diabetes tipe 2 2,5 kali lebih besar kemungkinannya untuk mengalami demensia vaskular dan 1,5 kali lebih besar kemungkinannya untuk mengembangkan Alzheimer dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes tipe 2. 

Mengutip dari Alodokter.com ” Hippocampus merupakan bagian dari sistem limbik, yaitu pusat kendali reaksi emosional. Hippocampus berfungsi untuk mengolah memori, membantu manusia mengenali objek, serta mengingat dan memahami bahasa yang didengar. Kerusakan pada bagian hippocampus bisa menyebabkan gangguan pembentukan memori khususnya jangka panjang.”

Seperti hippocampus, amigdala juga bagian dari sistem limbik otak. Mengutip dari Webmd.com: “Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab atas  rasa takut, emosi, dan motivasi. Bersama bagian otak lain, Amigdala bekerja memproses emosi yang kompleks. Amigdala dapat dianggap sebagai portal pusat yang mengambil informasi sensorik dari seluruh otak dan kemudian menentukan perilaku apa yang seharusnya dilakukan tubuh berdasarkan informasi tersebut, seperti lari atau berteriak ketika melihat anjing yang berlari mengejar kita”

Dapat disimpulkan, diet tinggi gula memicu penyusutan otak yang terkait dengan memori dan pengolahan emosional. 

Hiperglikemia

Catatan : Meskipun penderita diabetes dan pra-diabetes perlu menjaga kadar gula darahnya dalam batas yang tepat, membiarkan kadar glukosa turun terlalu rendah justru berbahaya. Bagi penderita diabetes, hiperglikemia (peningkatan gula darah) dan hipoglikemia (gula darah rendah) dapat mempengaruhi fungsi otak dan kognisi, serta meningkatkan risiko demensia. Glukosa darah rendah dapat menurunkan pasokan gula ke otak sedemikian rupa sehingga terjadi kerusakan otak.  Begitu pula sebaliknya, penderita demensia juga memiliki risiko dua kali lipat mengalami hipoglikemia. Penderita diabetes tertentu yang memiliki masalah kognitif ringan, seperti sedikit penurunan daya ingat atau perhatian, berisiko tinggi terkena hipoglikemia. 2

Peristiwa hipoglikemia mengganggu pengiriman nutrisi ke otak, menekan perkembangan neuron baru, dan meningkatkan protein inflamasi di otak. Jenis kerusakan otak akibat hipo yang paling mungkin terjadi dapat mengakibatkan kelumpuhan ringan pada satu sisi tubuh, kehilangan ingatan, berkurangnya kemampuan berbahasa, penurunan kemampuan berpikir abstrak, serta masalah koordinasi dan keseimbangan otot. Beberapa dampak diabetes pada otak tidak langsung terlihat, terutama jika dikaitkan dengan gula darah tinggi. Diabetes meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah seiring berjalannya waktu, termasuk kerusakan pada arteri darah kecil di otak.2

2. Sugar Rush VS Sugar Crush

Konsumsi makanan manis dalam jumlah banyak akan meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh secara cepat. Insulin dan hormon dopamin dilepas dalam jumlah banyak. Kondisi ini dinamai sugar rush dimana seseorang akan merasa bersemangat, enerjik, bahagia. Ketika sel tubuh selesai menyerap gula, kadar gula dalam darah segera menurun memicu munculnya perasaan cemas, gelisah atau yang dikenal dengan ‘sugar crush’. Terdapat penelitian yang menunjukkan kaitan antara konsumsi gula yang tinggi dengan resiko depresi yang lebih besar pada orang dewasa.

3. Gigi

Bakteri di dalam plak menyukai gula sebagai sumber energi, lalu menghasilkan asam sebagai produk limbah yang secara bertahap melarutkan email gigi sehingga menimbulkan lubang pada gigi. Kerusakan gigi dapat menyebabkan abses gigi yang dapat mengakibatkan gigi harus dicabut.

4. Sendi

Banyak orang beranggapan bahwa kelainan autoimun baru terjadi belakangan ini. Namun hal ini pertama kali diketahui oleh para dokter Barat pada akhir abad ke-19 ketika gula semakin banyak tersedia bagi masyarakat, pada saat yang sama banyak masyarakat mulai mengalami kerusakan gigi dan penyakit gusi, juga penyakit radang sendi (rheumatoid arthritis). Gula menyebabkan perubahan bakteri di mulut, yang pada gilirannya membuat beberapa orang lebih rentan terhadap kondisi tersebut. 

Artritis reumatoid (RA) adalah salah satu penyakit autoimun sistemik, kronis, dan paling umum yang disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan endogen. Banyak penderita radang sendi memiliki protein dalam tubuhnya yang disebut antibodi protein anti-sitrullinasi (ACPA). Hal ini menyebabkan peradangan yang memicu penyakit. Para ahli berpendapat gula memicu tubuh untuk lebih banyak memproduksi ACPA.3

Gula juga mempengaruhi mikrobioma usus, yaitu keseimbangan bakteri baik dan jahat. Beberapa penelitian menunjukkan penderita radang sendi memiliki mikrobioma usus yang rusak.4

5. Hati

Saat kita mengonsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, tubuh kita memecahnya menjadi glukosa atau fruktosa. Glukosa sangat penting karena menjadi sumber energi utama bagi otak. Glukosa yang tersisa di aliran darah disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Glikogen yang disimpan di hati berfungsi untuk membantu mengatur kadar glukosa darah, sedangkan glikogen otot berfungsi sebagai sumber bahan bakar metabolisme untuk otot. 

Ketika dibutuhkan, glikogen akan diubah kembali menjadi glukosa ke sirkulasi sistemik melalui mekanisme glikogenolisis atau dengan menghasilkan glukosa dari zat yang bukan karbohidrat (glukoneogenesis). Kemampuan unik hati manusia untuk menyimpan dan melepaskan glukosa sangat penting untuk menjaga kadar gula darah normal. 

Penyakit Hati Berlemak

Tubuh menyimpan tiga perempat dari total glikogen di seluruh otot rangka. Meski begitu, hati menyimpan rasio glikogen lebih besar daripada otot rangka, namun dalam jumlah berlebih glukosa akan diubah menjadi lemak yang disimpan di hati. Lambat laun sel-sel hati digantikan oleh sel-sel lemak yang menyebabkan penyakit hati berlemak yang tidak terkait dengan alkohol (Non-alcoholic fatty liver disease atau NAFLD) dan pada tingkat yang lebih parah menyebabkan Non alcoholic steatohepatitis (NASH).

NAFLD, atau penyakit hati steatotik terkait disfungsi metabolik, prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan obesitas dan peningkatan konsumsi gula dalam makanan. Penyebab NAFLD berasal dari faktor genetik dan faktor lingkungan yang menyebabkan fenotip penyakit. Asupan makanan yang mengandung gula tambahan telah terbukti memiliki peran besar dalam permulaan fenotipik dan perkembangan penyakit. Gula sederhana adalah pemicu utama steatosis, yang mungkin disebabkan oleh lipogenesis de novo, konversi kelebihan karbohidrat menjadi asam lemak, namun juga tampaknya meningkatkan regulasi metabolisme lipogenik dan memicu hiperinsulinemia. NAFLD membawa beban klinis karena berhubungan dengan obesitas, diabetes tipe 2, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Asupan gula yang berlebihan diperkirakan memegang peran utama dalam permulaan dan perkembangan NAFLD. 5

Fruktosa dalam hal ini lebih jahat dari glukosa karena langsung diproses di hati, disintesis menjadi trigliserida sehingga memicu perlemakan hati dan steatohepatitis, yakni penumpukan lemak berlebih dan peradangan di hati yang bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati. 

Tubuh yang Kotor

Ketika hati rusak, berlemak, atau meradang, maka kemampuan utama hati untuk membersihkan tubuh dari racun menjadi berkurang. Selain itu proses pembakaran lemak dan kolestrol menjadi berkurang menyebabkan lebih banyak timbunan lemak di hati

Mikrobioma usus manusia memainkan peran penting dalam kesehatan dan penyakit manusia. Hati terhubung langsung ke usus melalui vena portal dan merupakan tempat utama untuk detoksifikasi produk yang masuk melalui darah portal, termasuk metabolit mikroba. Dalam saluran pencernaan, gula yang berlebihan dalam makanan dapat mengubah keragaman mikroba, memicu disbiosis, peningkatan permeabilitas usus, dan peningkatan sirkulasi endotoksin (lipopolisakarida). Baik pada orang dewasa maupun anak-anak dengan NAFLD, kadar endotoksin plasma meningkat, menunjukkan kegagalan dalam pembuangan endotoksin atau peningkatan produksi yang melampaui mekanisme pembersihan hati5 .

6. Pankreas

Mengutip dari https://columbiasurgery.org/pancreas/pancreas-and-its-functions :

Pankreas terletak di belakang lambung di perut kiri atas. Dikelilingi oleh organ lain termasuk usus kecil, hati, dan limpa. Bentuknya kenyal, panjangnya sekitar enam sampai sepuluh inci, dan berbentuk seperti buah pir pipih atau ikan yang memanjang secara horizontal melintasi perut.

Bagian yang lebar, disebut kepala pankreas, terletak di tengah perut. Kepala pankreas terletak pada pertemuan pertemuan lambung dengan bagian pertama usus halus. Di sinilah lambung mengosongkan sebagian makanan yang telah dicerna ke dalam usus, dan pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam isi tersebut.

Pankreas memainkan peran penting dalam mengubah makanan yang kita makan menjadi bahan bakar bagi sel-sel tubuh sehingga organ ini dikelilingi beberapa pembuluh darah utama. Pankreas memiliki dua fungsi utama: fungsi eksokrin yang membantu pencernaan dan fungsi endokrin yang mengatur gula darah.


Fungsi Endokrin

Kelebihan konsumsi gula mengganggu fungsi endokrin pankreas. Komponen endokrin pankreas terdiri dari sel pulau kecil (pulau Langerhans) yang membuat dan melepaskan hormon penting langsung ke aliran darah. Dua hormon utama pankreas adalah insulin yang berperan menurunkan gula darah, dan glukagon yang berperan meningkatkan gula darah. Insulin juga pembawa pesan kimia yang memerintahkan hati untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen.

Fungsi penting endokrin yang mempertahankan kadar gula darah dengan tepat tidak lain karena otak membutuhkan suplai glukosa secara konstan dan tidak boleh kurang. 

Namun, ketika jumlah glukosa dalam darah tinggi, sel menjadi tidak efektif dalam menyerap glukosa. Ketika sel tidak dapat menyerap glukosa atau gula darah, kadar glukosa akan menumpuk di dalam darah. Jika kadar glukosa lebih tinggi dari biasanya namun tidak cukup tinggi untuk mengindikasikan diabetes, dokter menyebutnya pradiabetes. 6

Pada seseorang dengan pradiabetes, pankreas bekerja semakin keras untuk melepaskan insulin dalam jumlah yang cukup agar kadar gula darah tidak naik. Seiring waktu pankreas kehilangan kemampuannya untuk melepaskan insulin, dan hal ini dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2

Seringnya konsumsi gula dan makanan tinggi gula dapat meningkatkan risiko kanker pankreas dengan sering menyebabkan hiperglikemia postprandial, meningkatkan kebutuhan insulin, dan menurunkan sensitivitas insulin.7

7. Jantung

Bagaimana gula membuat kesehatan jantung memburuk:

1. Ketika mengonsumsi gula terlalu banyak, insulin dalam jumlah besar mengalir dalam pembuluh darah, dan ini dapat menyebabkan pembuluh darah meradang. Pembuluh darah menjadi lebih tebal dan kaku sehingga menekan kerja jantung.

2.Tubuh menyimpan kalori ekstra yang belum dibutuhkan dalam bentuk trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak. Trigliserida mengalir dalam darah namun tidak dapat larut dalam darah sehingga bersirkulasi ke seluruh tubuh dengan bantuan protein yang mengangkut lipid. Trigliserida akan dilepaskan oleh hormon jika dibutuhkan sebagai energi diantara waktu makan. Diet tinggi gula memicu peningkatan jumlah trigliserida dalam tubuh, khususnya fruktosa yang langsung dipecah menjadi trigliserida. Kadar trigliserida yang tinggi dapat menjadi penanda jika terjadi peradangan pada pankreas dan beresiko mengalami aterosklerosis yang selanjutnya menyebabkan serangan jantung dan stroke.

8. Ginjal

Berikut bagian dari ginjal yang akan rusak akibat kelebihan gula. Mengutip dari National Kidney Foundation www.kidney.org :

  • Pembuluh darah di dalam ginjal : Unit penyaringan ginjal dipenuhi dengan pembuluh darah kecil. Seiring waktu, kadar gula yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut menyempit dan tersumbat. Tanpa darah yang cukup, ginjal menjadi rusak dan albumin (sejenis protein) dapat melewati filter ini dan berakhir di urin (di tempat yang tidak seharusnya ada protein). Pada akhirnya ginjal akan kehilangan fungsinya sebagai penyaring limbah metabolisme dan racun. Penyakit ini dikenal sebagai gagal ginjal atau Nefropati diabetik yaitu kerusakan glomerulus sebagai penyaring darah akibat tingginya kadar gula darah sehingga struktur ginjal berubah. 
  • Saraf : Diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf tubuh. Saraf membawa pesan antara otak dan seluruh bagian tubuh lainnya, termasuk kandung kemih. Mereka memberi tahu otak saat kandung kemih penuh. Namun jika saraf kandung kemih rusak, seseorang mungkin tidak bisa merasakan kapan kandung kemihnya penuh. Tekanan dari kandung kemih yang penuh dapat merusak ginjal.
  • Saluran kemih : Urin yang tetap berada di kandung kemih dalam waktu lama,  dapat menyebabkan terkena infeksi saluran kemih karena bakteri. Bakteri adalah organisme kecil seperti kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Bakteri tumbuh dengan cepat di urin dengan kadar gula tinggi. Infeksi ini paling sering menyerang kandung kemih, namun terkadang bisa menyebar ke ginjal.

9. Kesehatan Seksual 

  1. Mengutip dari buku Revolusi Glukosa (Jessie Inchaupse) :
    • “Para ilmuwan baru-baru ini menemukan keterkaitan antara insulin dengan kesehatan reproduksi. Kadar insulin memberikan informasi penting untuk otak dan gonad (organ seks) yang menentukan apakah tubuh kita menyediakan lingkungan aman untuk pembuahan atau tidak. Kadar insulin yang tinggi menyiratkan bahwa kita tidak sehat, maka tubuh kita enggan untuk bereproduksi. Baik perempuan maupun laki-laki yang kadar insulinnya tinggi lebih besar kemungkinannya mengalami kemandulan.”
    • “Perihal kesuburan perempuan, sindrom ovarium polikistik (PCOS) disebabkan terlalu banyak insulin. Karena insulin menyampaikan pesan kepada rahim agar memproduksi lebih banyak testosteron (hormon seks laki-laki). Selain itu saat insulin terlalu banyak, perubahan alami dari hormon laki-laki menjadi hormon perempuan menjadi terhambat-yang berujung pada semakin banyaknya kadar testosteron dalam tubuh. Karena testosteron berlebih, perempuan yang menderita PCOS menampakkan ciri-ciri maskulin : pertumbuhan rambut di tempat-tempat yang tak diinginkan (misalnya di dagu), kebotakan, datang bulan berhenti atau tidak teratur, atau jerawat. Telur juga tersimpan dan terakumulasi begitu saja di dalam rahim, sedangkan ovulasi terhenti.”
  2. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak jaringan pembuluh darah dan saraf, termasuk mempengaruhi pembuluh darah yang mengalirkan darah ke organ penis pada pria. Ini akan menyebabkan organ tersebut sulit mengalami ereksi. 
  3. Kelebihan gula dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar testosteron pada wanita, sebaliknya akan menurunkan kadar testosteron pada pria yang menyebabkan penurunan libido dan disfungsi ereksi seperti yang telah disebutkan. 

10. Resistensi Leptin

Tubuh biasanya mencerna makanan yang mengandung gula tambahan lebih cepat, namun gula tidak bisa mengimbagi rasa lapar untuk waktu yang lama, sehingga akan mendorong untuk makan lebih banyak sepanjang hari dan asupan kalori yang diterima lebih banyak. Akibatnya, kelebihan gula, tidak hanya menyebabkan resistansi insulin, namun juga menyebabkan resistensi leptin.

Leptin adalah hormon yang dibuat oleh sel lemak, tugasnya mengendalikan nafsu makan serta rasa lapar. Hormon tersebut dibawa oleh aliran darah ke otak, khususnya area yang disebut hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian otak yang mengontrol kapan dan seberapa banyak kita makan. 

Saat makan, lemak tubuh akan meningkat, dan kadar leptin meningkat secara proporsional. Di sisi lain, ketika kadar leptin turun karena puasa, otak memberi sinyal ke tubuh bahwa simpanan lemak sedikit dan perlu makan. Penderita obesitas memiliki banyak sel lemak. Karena sel lemak memproduksi leptin sebanding dengan banyaknya lemak, penderita obesitas juga memiliki kadar leptin yang sangat tinggi. Namun mengapa penderita obesitas cenderung tidak bisa menontrol nafsu makan? 

Tingkat leptin yang tinggi memberi sinyal ke otak, bahwa sudah tersedia cukup energi dan inilah saatnya untuk berhenti makan. Namun, pada resistensi leptin, otak menjadi kurang sensitif atau gagal mendeteksi sinyal leptin. Otak mengira bahwa tubuh sedang kelaparan dan membutuhkan makanan meskipun sebetulnya simpanan kalori dalam tubuh sudah mencukupi. Selain itu otak juga berfikir bahwa tubuh perlu menghemat energi sehingga menjadi malas. Mungkin inilah yang terjadi pada penderita obesitas.  

Resistensi Insulin dan Resistensi Leptin

Leptin dan insulin merupakan dua hormon yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan energi dan metabolisme dalam tubuh manusia. Sel lemak menghasilkan leptin untuk membantu mengatur nafsu makan, sedangkan pankreas memproduksi insulin untuk membantu mengatur kadar gula darah.

Resistensi leptin dan insulin berkaitan erat, karena keduanya melibatkan disregulasi keseimbangan energi tubuh. Ketika tubuh menjadi resisten terhadap efek leptin, tubuh juga bisa menjadi resisten terhadap efek insulin. Hal ini karena kedua hormon tersebut memberi sinyal pada tubuh untuk menyimpan atau membakar energi, dan jika salah satu hormon tersebut tidak teratur, maka hormon lainnya juga dapat terpengaruh.

Studi menunjukkan bahwa wanita dengan resistensi leptin lebih mungkin mengalami resistensi insulin dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kondisi ini mungkin memiliki mekanisme dasar yang sama, seperti peradangan dan stres oksidatif.8

11. Kulit

Inilah mimpi buruk para sweet tooth.

(catatan : sebenarnya banyak faktor yang membuat penuaan terjadi lebih cepat, namun sesuai judul bahasan maka fokus referensi saya hanya antara gula (rafinasi) dan penuaan dini, yaa meskipun menurut saya gula rafinasi memang layak untuk disalahkan. Next tunggu yaa bakers ada blog yang saya tulis tentang penuaan in syaa Allah. 

Seiring bertambahnya usia, produksi minyak dan kolagen pada kulit akan menurun. Namun gula berperan banyak dalam mendukung penuaan dini, gula akan merusak kulit melalui proses alami yang disebut glikasi. Gula dalam aliran darah akan menempel pada protein elastin dan kolagen, yaitu protein yang berperan sebagai struktur pembangun kulit, yang membuat kulit kencang dan kenyal. 

Seiring bertambahnya usia produksi kolagen akan menurun. Namun kelebihan konsumsi gula akan merusak protein ini lebih cepat melalui proses glikasi. Glikasi adalah ikatan kovalen antara gula dengan protein atau lemak. Proses glikasi ini menghasilkan senyawa radikal bebas berbahaya yang disebut produk akhir glikasi lanjutan (AGEs). Ketika jumlah AGEs terakumulasi pada jaringan kulit, akan menyebabkan rusaknya jaringan protein disekitarnya. Senyawa ini akan menjerat protein kolagen sehingga memperlemah struktur kolagen kulit. Pada akhirnya menghilangkan elastisitas kulit sehingga kulit akan terlihat lebih tua karena kendur, juga munculnya keriput serta garis halus. 

Konsumsi gula berlebihan juga memicu pendeknya telomere, semakin pendek telomere semakin dini penuaan terjadi (juga semakin lemah daya tahan tubuh dan semakin memicu datangnya penyakit).

Pada proses yang lebih lanjut, konsumsi makanan tinggi gula dapat mempengaruhi jenis kolagen pada kulit. Kulit mengandung tiga jenis kolagen utama, dinamakan tipe I, tipe II, dan tipe III. Tipe I adalah yang paling lemah dan tipe III adalah yang terkuat. Proses glikasi membuat kolagen tipe III turun menjadi tipe I sehingga mengurangi kekuatan dan stabilitas struktural kulit.  

Senyawa AGE’S juga melumpuhkan enzim antioksidan alami. Tanpa perlindungan dari antioksidan, kulit menjadi lebih rentan terhadap radikal bebas yang disebabkan oleh polusi, sinar biru dan uv. Radikal bebas memicu terjadinya proses oksidasi yang menyebabkan penuaan dini pada kulit.

Seperti yang kita ketahui pula, bahwa penderita diabetes umumnya mengalami proses penyembuhan luka yang lama dan buruk, salah satunya disebabkan telah berubahnya struktur kolagen pada kulit penderita diabetes karena kadar gula darah yang tinggi. Sekali lagi, ini karena rusaknya protein kolagen pada kulit.

Proses ini tidak hanya terjadi di wajah tapi di seluruh jaringan kulit pada tubuh yang membuat berkurangnya kekencangan dan membuat kerutan menjadi tampak lebih jelas. Ketika dipacu dengan faktor lain seperti stress, paparan polusi, asap rokok dan sinar uv, kulit yang terdehidrasi dan kerusakan akibat radikal bebas maka efek penuaan menjadi lebih cepat.

Glikasi dan Komplikasi

Glikasi, meskipun merupakan suatu proses yang alamiah, reaksi ini ternyata punya peran besar dalam menyebabkan kerusakan sel serta berbagai komplikasi diabetes melitus.

Jenis gula yang biasanya mengalami reaksi ini ialah glukosa, galaktosa, dan khususnya fruktosa. Senyawa AGEs hasil reaksi glikasi terus terkumpul dalam tubuh seiring bertambahnya usia dan terbentuk saat mengonsumsi makanan yang dimasak dalam suhu tinggi.

AGEs dalam jumlah kecil bukanlah masalah karena tubuh mampu menghilangkannya dengan enzim dan antioksidan. Namun, penumpukan AGEs yang berlebih bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh serta penyakit jantung, penyakit ginjal, osteoporosis, radang sendi, hingga penuaan.

Pada kaitannya dengan diabetes, sebuah studi pada 2014 dalam The Korean Journal of Physiology & Pharmacology mengungkapkan kaitan erat antara tingginya kadar AGEs dengan berbagai komplikasi berikut:

1. Retinopati diabetik dan Katarak

Komplikasi ini berawal saat AGEs yang menumpuk akibat glikasi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina. Pembuluh darah retina lambat laun bisa bocor mengeluarkan darah dan cairan. Hal ini menyebabkan pembengkakan retina sehingga penglihatan menjadi kabur. Tanpa upaya untuk mengontrol gula darah, kondisi ini bisa mengakibatkan katarak dan kebutaan.

2. Kerusakan Ginjal

Jika glikasi berlangsung dalam pembuluh darah ginjal, AGEs dapat menumpuk dalam ginjal dan menyebabkan nefropati. Nefropati diabetik merupakan kerusakan atau penurunan fungsi ginjal sebagai dampak dari diabetes melitus. Komplikasi ini mengganggu fungsi ginjal dalam membuang cairan berlebih dan zat sisa dari tubuh. Tanpa perbaikan gaya hidup dan pengobatan yang tepat, penderitanya berisiko tinggi mengalami gagal ginjal

3. Kerusakan Saraf

AGEs yang menumpuk dapat merusak selubung pelindung saraf dan menghambat kemampuan sel saraf untuk pulih. Akibatnya, pengiriman sinyal saraf akan terganggu. Jika kadar gula darah dibiarkan tidak terkendali, kondisi ini bisa mengarah pada nefropati diabetik.  Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang menyebabkan banyak pasien tidak sadar memiliki luka yang parah pada kakinya. Tanpa adanya sinyal sakit, mereka mungkin baru mengetahui adanya luka begitu kondisinya sudah parah dan harus menjalani amputasi.

4. Penyakit Jantung

AGEs dapat menarik LDL (low-density lipoprotein), kolesterol “jahat” yang memicu pembentukan plak pembuluh darah. Seiring waktu, AGEs terus memperbesar plak dalam pembuluh darah dan membuat pembuluh mengeras. Begitu aliran darah menuju jantung dan otak tersumbat, hal ini dapat menyebabkan stroke dan penyakit jantung koroner.

Kecantikan Abadi

Pada akhirnya, bagaimanapun kerasnya usaha untuk menolak tua, tubuh akan tetap menua, karena Allah sudah ciptakan demikian fitrahnya tubuh manusia. Janin menjadi bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, kemudian menjadi tua dan lemah, dan beruban. Mengapa? Agar kita ingat bahwa kita hanya hidup di dunia yang fana, dan akan kembali ke kehidupan yang abadi. Pertanyaannya, dimanakah kita merencanakan kehidupan kita di alam abadi itu? Surga atau neraka?

Adapun penduduk surga maka mereka itu akan senantiasa tampan dan cantik. Maka maukah kalian aku beritahu kecantikan abadi? Kecantikan yang tidak lekang oleh waktu? 

Wanita Dunia yang Beriman Lebih Utama dari Bidadari Surga

Ketahuilah bahwa seorang istri sholehah, ketika dia masuk surga maka akan lebih utama dari bidadari surga termasuk dalam hal kecantikan, ingatkah kita sebuah hadits yang menceritakan bagaimana cantiknya bidadari surga? Kecantikan yang tidak mampu dibayangkan oleh akal manusia karena begitu cantiknya.

Maka istri sholehah akan menjadi ratu bagi para bidadari suami nya di surga, dan sang suami akan melihat bahwa istrinya-sang ratu bidadari lebih cantik dari bidadari surga dan lebih disenangi suaminya. Bahkan ada hadits yang menyebutkan, bahwa di surga ada pasar, dan ketika sang suami pulang, ia akan melihat istri-istrinya semakin bertambah cantik dan indah. Begitu juga sebaliknya. 

Maka kejarlah kecantikan abadi itu. Bagaimana? Tentunya dengan menjadi wanita sholehah yang taat pada Rabbnya, anak yang sholehah bagi orang tuanya, ibu yang sholehah bagi anak-anaknya, dan istri yang sholehah bagi suaminya, dan semua itu hanya bisa diraih dengan ilmu, dan keikhlasan beramal hanya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla, Satu-satunya yang pantas disembah dan diibadahi dengan benar. 

Baarokallahu fiikum wa jazaakumullah khairan

Referensi:

Inchauspe J. 2023. Revolusi Glukosa. Indardini R, penerjemah; Intan N, editor. Yogyakarta (ID): Penerbit Bentang. Terjemahan dari Glucose Revolution: The Life-Changing Power of Balancing Your Blood Sugar (bukunya keren banget guysss seriusan)

Glycogen. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/23509-glycogen

Katta R. (2020). Why Consuming Too Much Sugar Can Lead to Wrinkles and Aging Skin. [online] Tersedia di: <https://www.skinanddiet.com/post/2018/03/12/why-consuming-too-much-sugar-can-lead-to-wrinkles-and-aging-skin> [Diakses pada Agustus 2022]

https://www.drweil.com/health-wellness/body-mind-spirit/disease-disorders/covid-19-what-you-should-know-about-coronavirus

Warren R. 2019. The Truth About Sugar VS Artificial Sweeteners [Internet]. [diunduh 2022 Mei 2]. Tersedia pada:https://www.consumerreports.org/sugar-sweeteners/the-truth-about-sugar-vs-artificial-sweeteners/ 

What Are The Effect of Sugar? Does Sugar Cause Wrinkles. [online] Tersedia di: <https://www.vichy.co.uk/en_GB/does-sugar-cause-wrinkles-skin-ageing-myths-explained.html> [Diakses pada Agustus 2022]

Kubala J. (2022). 11 Reasons Why Too Much Sugar is Bad For You. [online] Tersedia di: <https://www.healthline.com/nutrition/too-much-sugar#TOC_TITLE_HDR_12> [Diakses pada Agustus 2022]

Hughes L. (2024). How Does Too Much Sugar Affect Your Body. [online] Tersedia di: <https://www.webmd.com/diabetes/features/how-sugar-affects-your-body> [Diakses pada Mei 2024]

Johnson A. (2016). Sugar Ageing and Telomeres. [online] Tersedia di: <https://thatsugarmovement.com/sugar-ageing-and-telomeres/> [Diakses pada Agustus 2022]

Chester K. (2021). 5 Signs Sugar is Aging Your Face. [online] Tersedia di: <https://eminenceorganics.com/ca/blog/2016/01/14/5-signs-sugar-aging-your-face> [Diakses pada Agustus 2022]

Lestari D. (2024). Komplikasi Diabetes Ternyata Muncul Karena Glikasi, Apa Itu?.  [online] Tersedia di: <https://hellosehat.com/diabetes/komplikasi-diabetes/apa-itu-glikasi/> [Diakses pada 28 Mei 2024]

  1. Ritter S. 2017. Appetite and Food Intake: Central Control. 2nd edition. RBS H, editor. CRC Pr. [Internet]. [diakses pada 2024 Juni 4]. Tersedia pada: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK453140/ ↩︎
  2. Sung A. (2022). Impacts of Blood Sugar Levels on Brain. [online] Tersedia di: <https://www.ajpbp.com/ajpbp-articles/impacts-of-blood-sugar-levels-on-brain-86393.html> [Diakses pada 21 Mei 2024]  ↩︎
  3. Levine H. (2020). The Link Between Sugar and Rheumatoid Arthritis. [online] Tersedia di: <https://www.webmd.com/rheumatoid-arthritis/features/sugar-ra-link> [Diakses pada 24 Mei 2024] ↩︎
  4. Dey M, Cutolo M, Nikiphorou E. Minuman pada rheumatoid arthritis: apa yang harus dipilih atau dihindari . Nutrisi (2020) 12 ( 10 ):3155. doi: 10.3390/nu12103155 [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ] [ CrossRef ] [ Google Cendekia ] ↩︎
  5. Huneault, H., Tovar, A., Torres, C., Welsh, J., Vos, M. (2023). The Impact of Dietary Sugars on the Liver. [online] Tersedia di: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10629746/> [Diakses pada 20 Mei 2024].  ↩︎
  6. Felman A. (2023). What to Know About Insulin Resistance. [online] Tersedia di: <https://www.medicalnewstoday.com/articles/305567#what-is-it> [Diakses pada 20 Mei 2024] ↩︎
  7. Larsson, S., Bergkvist, L., Wolk, A. (2006). Consumption of Sugar and Sugar Sweetened Foods and The Risk of Pancreatic Cancer in a Prospective Study. [online] Tersedia di: <https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17093171/#:~:text=Frequent%20consumption%20of%20sugar%20and,demand%2C%20and%20decreasing%20insulin%20sensitivity.> [Diakses pada 21 Mei 2024] ↩︎
  8. Garret, A. (2023). Are Leptin Resistance and Insulin Resistance Related? . [online] Tersedia di : <https://www.linkedin.com/pulse/leptin-resistance-insulin-related-dr-anna-garrett> [Diakses pada 25 Mei 2024] ↩︎

2 thoughts on “Ngeri! Gula Bikin Cepat Tua!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *