Bismillah, Ahlan Bakers!
Ini tentang organik, karena pertanian adalah untuk memberi makan dan menutrisi peradaban, bukan untuk maladeni kerakusan manusia.
Sejarah Pertanian Organik didunia
Sistem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang telah dilakukan sejak zaman purbakala.Teknik bertani yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan ekologi hutan yang diyakini sebagai salah satu sistem produksi pangan yang dimulai sejak masa-masa prasejarah. Pada Abad ke 18 campur tangan bahan kimia dimulai dengan penggunaan pupuk sintetis dalam bentuk superfosfat, kemudian disusul bahan dasar amonia yang diproduksi pada masa perang dunia I. Pada tahun 1920-an, para pakar biologi tanah mulai mengembangkan teori biodinamika. Teori ini digunakan untuk menanggulangi dampak negatif penggunaan bahan kimia tanpa mengurangi hasil pertanian. Teori inilah yang kita kenal dengan sistem pertanian organik yang digunakan saat ini.
Tahun 1940 pertanian dengan sistem organik semakin berkembang dari waktu ke waktu. Awal tahun 1940-an, ahli biologi Inggris, Sir Albert Howard dan istrinya yang merupakan ahli fisiologi tanaman, Gabriel Howard, mengembangkan sistem pertanian organik di Eropa. Keduanya terinspirasi dari pengalaman dan pengetahuan mereka tentang sistem pertanian tradisional yang didapatkan saat Gabriel Howard bekerja sebagai penasehat pertanian di daerah Pusa, Bengali, India. Sepasang suami istri inilah yang pertama kali menggunakan prinsip ilmiah pada berbagai metode pertanian tradisional dan alami. Karena itulah, Howard dikenal sebagai ‘bapak pertanian organik’ dan apa yang mereka lakukan masih menjadi ‘kiblat’ oleh para petani organik dunia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Pertanian organik di Indonesia telah ada sejak dahulu kala. Seiring dengan perkembangan kemajuan zaman penggunaan pestisida dan bahan kimia telah dirasakan penting untuk memastikan hasil produksi pertanian dan mulai masuk ke Indonesia pasca orde baru. Tujuannya, tentu untuk mempercepat proses pertanian demi tercapainya swasembada pangan.
Masyarakat Indonesia kini telah disadarkan bahwa produk pertanian yang mengandung residu pestisida sangat berbahaya dan mulai menyadari akan pentingnya hasil pertanian alami yang jauh lebih sehat. Indonesia kembali menggunakan sistem pertanian organik. Selain lebih sehat karena bebas dari bahan kimia, tentu juga dilatarbelakangi nilai ekonomi dan keuntungan yang lebih besar oleh penerapan pertanian dengan sistem organik.
Sekilas Tentang Pertanian Organik
Pada hakikatnya manusia bercocok tanam agar hasil panan dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu makan. Populasi manusia semakin meningkat dan banyak tanah yang dialihfungsikan menjadi pemukiman. Sejalan dengan itu pola konsumsi manusia semakin berlebihan sehingga timbul gagasan untuk melipatgandakan hasil panen agar permintaan pasar terepenuhi. Beberapa langkah yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut diantaranya adalah program intensifikasi pertanian yakni memakai perlakuan-perlakuan untuk merangsang tanaman agar berproduksi lebih banyak dan malahan bisa panen dalam waktu yang relatif singkat.
Sistem pertanian mulai bergerak ke pertanian modern yang berorentasi produksi dan ditandai dengan mengedepankan inovasi teknologi mulai dari pengolahan tanah,pemilihan bibit, pemupukan, pengairan hingga panen. Pada pengolahan tanah telah diterapkan mekanisasi pertanian berupa mesin-mesin pertanian,sementara pada bibit berupa pengunaan hasil rekayasa genetika. Di sisi lain dalam hal menyuburkan tanah mulai diperkenalkan pupuk sintetis berbahan kimia, yang dibuat pada abad ke 18, berupa superfosfat dan amonia. Begitu juga untuk pemberantasan hama dan penyakit tanaman diperkenalkan pestisida sintetis berbahan kimia pada tahun 1940an. Dalam hal pengairan telah mengenal irigasi teknis dan non teknis.
Sistem pertanian ini telah melanda berbagai belahan bumi dan tak terkecuali di Indonesia, khusus di Indonesia sesuai dengan program pemerintah pusat ketika itu yakni swasembada pangan, maka penerapan sistem ini begitu gencar dilakukan. Malahan hasil yang didapat dari penerapan teknologi itu sangat memuaskan terutama dalam mengejar tingkat produksi pangan. Maka periode ini sering disebut sebagai revolusi hijau.
Sayangnya, sistem pertanian ini memiliki sejumlah persoalan mulai dari aspek ekonomi,ekologi dan sosial. Dalam aspek ekonomi akan memberatkan petani karena petani membutuhkan modal usaha yang besar untuk membeli sarana produksi seperti benih yang berkualitas, pupuk sintetis dan pestisida yang relatif mahal. Sementara dari sisi ekologi sistem ini memiliki sejumlah dampak buruk seperti, penurunan kesuburan tanah akibat matinya organisme alami penyubur tanah karena keracunan bahan kimia. Maka dengan sendirinya keanekaragaman hayati akan berkurang dan kehilangan organik tanah. Selain itu ada ancaman erosi peningkatan pencemaran air tanah akibat residu bahan kimia dari pupuk atau pestisida. Lebih lanjut, residu pestisida dikhawatirkan masuk ke dalam tubuh manusia.
Dampak pada sisi sosial adalah hilangnya kearifan lokal yang membudaya di daerah tersebut, seperti sifat gotongroyong sebab orentasi pertanian konvensional adalah keuntungan besar mengingat biaya produksi yang telah dikeluarkan sangat banyak. Hal ini memicu hilangnya kepedulian sesama petani. Dalam aspek sosial, yang paling berbahaya adalah ketergantungan petani terhadap ketersediaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida buatan.
Kecenderungan ini secara sosial sangat riskan dan mudah “dipermainkan” oleh pihak penyedia baik dari produsen atau penyalur saprodi tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, rasa percaya diri petani bakal tergantung dengan ketersediaan saprodi, sehingga tanpa pupuk dan pestisida petani takut untuk memulai musim tanam. Padahal kelebihan sistem konvensional yang mampu mendongkrak hasil panen belum tentu memberi dampak positif terhadap petani dari segi pendapatan. Sebab, dengan modal usaha yang relatif tinggi akan menggerus penjualan hasil panen yang ujung-ujungnya tak akan meningkatkan pendapatan petani. Petani yang bertahan dengan pola seperti ini akan terjerat dalam “lingkaran setan” yang berkelanjutan. Betapa tidak, setiap beberapa periode musim tanam, tanah akan membutuhkan penambahan dosis pupuk.
Hal yang sama juga berlaku pada dosis pestisida yang dibutuhkan untuk memberantas hama penyakit, sebab hama penyakit semakin kebal dengan pengulangan dosis yang sama sehingga membutuhkan penambahan dosis. Ini menyebabkan sifat biologi dan kimia tanah semakin rusak dari tahun ke tahun.
Namun, seiring dengan adanya kesadaran global tentang pentingnya menjaga ekosistem yang keberlanjutan terhadap lingkungan, melahirkan pemikiran untuk mewariskan alam ini kepada anak cucu dalam kondisi lestari. Khusus dalam hal pertanian maka lahirlah istilah pertanian yang berkelanjutan atau sustainable agriculture. Adapun maksud dari gerakan ini diantaranya, pertanian yang masih terjaga saat ini, masa yang akan datang hingga selamanya. Artinya pertanian tetap lestari yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan serta terhindar dari bencana terutama bagi manusia dan alam. Maka dalam pelaksanaanya, pendekatan terhadap gerakan ini dijawab oleh sistem pertanian organik, karena input yang digunakan merupakan sumber daya yang ramah lingkungan yakni mengunakan pupuk dan pestisida atau saprodi yang berasal dari alam dan tidak menggangu ekosistem alam itu sendiri.
Secara garis besar, keungulan pertanian organik dapat dikategorikan menjadi tiga manfaat yaitu ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam hal ekonomi, sistem pertanian organik mampu menimalkan biaya produksi jika dibandingkan dengan pertanian sistem konvensional. Biaya pembelian pupuk, pestisida dan saprodi lainnya dapat ditekan serendah mungkin,karena cenderung dibuat sendiri oleh petani dari bahan yang sudah ada seperti limbah dapur dan kotoran hewan. Dengan memangkas biaya produksi maka margin pendapatan bagi petani dapat ditingkatkan atau dengan kata lain para petani organik memiliki peluang pendapatan yang lebih besar ketimbang petani konvensional. Hal ini juga didukung fakta di lapangan bahwa harga produk organik di pasaran cenderung lebih tinggi ketimbang produk konvensional. Data juga menunjukkan adanya peningkatan minat konsumsi produk organik dengan grafik yang terus meningkat.
Dalam sisi ekologi, pertanian organik tentu lebih bermanfaat dibandingkan pertanian konvensional sebab kedua pola ini saling bertolak belakang dalam memperlakukan input yang digunakan untuk proses bertani. Pertanian organik bahkan dapat memulihkan kondisi tanah yang terlanjur rusak akibat pemakaian pupuk atau pestisida buatan. Pertanian organik akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang telah rusak oleh pupuk dan pestisida sintetis dengan mendorong peningkatan kandungan bahan organik tanah serta meminimalisir terjadinya erosi yang berdampak pada sifat fisik tanah. Pada akhirnya pertanian organik akan menciptakan keanekaragaman hayati.
Diantara tatacara pertanian organik adalah rotasi jenis tanaman dan tumpangsari. Cara ini menciptakan keanekaragaman yang banyak bagi berbagai spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang dengan ukuran yang relatif lebih besar. Pertanian organik juga tidak mengunakan organisme hasil rekayasa genetika dengan alasan keamanan, kesehatan dan sosial. Adapun pengaruh positif lain yang bakal diperoleh dengan sistem organik adalah, meminimalisir bentuk polusi akibat aktivitas pertanian, seperti polusi udara akibat pengunaan pestisida dan pencemaran air akibat residu bahan kimia. Keuntungan lain adalah ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang keseluruhannya bersumber dari alam. Pertanian organik mampu memanfaatkan limbah melalui daur ulang limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya menjadi sumber nutrisi bagi tanah.
Hakikatnya, pertanian organik mendidik para petani untuk berdikari, yakni berdiri di atas kaki sendiri dan tidak bergantung kepada para “pemain penyedia saprodi”. Seperti yang kita tahu, karena keterbatasan ilmu dan akses terhadap teknologi, petani masih tergoda bujuk rayu “lembaga bisnis” seperti penyalur bibit varietas unggul melalui rekayasa genetika, pupuk sintetis, pestisida kimia yang semuanya hanya mampu diproduksi oleh lembaga-lembaga tertentu. Dari kesemuanya itu, tujuan pertanian organik sangat mulia yaitu “memerdekakan” petani dari biaya produksi yang terus menerus mengalami kenaikan yang membuat petani semakin merugi.
Organik Merupakan Sistem Pertanian ‘Agroekologi’ yang Menawarkan Banyak Manfaat.
1. Organik adalah Sistem Berkelanjutan Yang Menjaga Planet Kita
Pertanian organik sangat menghormati alam dan segala keaneka ragamannya dengan menjaga keseimbangan ekosistem alam. Pertanian organik menciptakan tanah yang sehat. Tanah yang sehat menghasilkan makanan yang sehat dan lingkungan yang sehat. Tanah yang sehat adalah dasar bagi pertanian organik. Pertanian organik dirancang dengan menjalankan sistem perputaran minim limbah dengan memanfaatkan apa yang ada dan membatasi penggunaan sumber daya impor.
Petani organik menggunakan pupuk organik alami dan bahan pembenah tanah seperti bahan organik (bahan yang dapat dijadikan kompos), pupuk hijau (tanaman penutup tanah yang ditanam khusus untuk perbaikan tanah, misalnya kacang-kacangan), dan kotoran hewan (dengan batasan keamanan) untuk membangun tanah yang sehat. Jika pangan ditanam di tanah yang sehat, tanaman akan lebih mampu melawan penyakit, bertahan dalam kekeringan, dan tahan terhadap serangga.
Ini artinya:
- Tanpa pupuk sintetis. Pertanian organik menurunkan risiko pencemaran lingkungan dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan sangat membatasi penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pupuk nitrogen sintetis bahkan bertanggung jawab atas peningkatan dinitrogen oksida di atmosfer, gas rumah kaca yang 300 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Sebaliknya, petani organik harus menggunakan tanah yang subur secara alami, menggunakan kompos dan pupuk kandang (seringkali bersumber dari peternakan sendiri yang terintegrasi dengan sistem pertanian atau ternak lokal), dan merotasi tanaman untuk menjaga kesehatan tanah.
- Menutrisi tanah dengan menyimpan lebih banyak karbon. Tanah adalah salah satu senjata terpenting kita dalam melawan perubahan iklim – terdapat 2.500 miliar ton karbon tersimpan di seluruh tanah dunia! Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan gabungan karbon yang tersimpan dalam tanaman, pepohonan, dan atmosfer. Pertanian organik menciptakan tanah yang sehat dan hidup dengan memberi nutrisi pada tanah melalui kompos, tanaman pengikat nitrogen, dan rotasi tanaman. Hasilnya, lahan pertanian organik menyimpan (atau menyerap) lebih banyak karbon – rata-rata 3,5 ton ekstra untuk setiap hektar, dan tanah organik sekitar 25% lebih efektif dalam menyimpan karbon dalam jangka panjang.
- Peternakan yang ramah lingkungan. Peternakan seringkali dikaitkan dengan perubahan iklim, namun mengonsumsi daging yang lebih sedikit dan yang lebih sehat yang berasal dari peternakan organik yang ramah alam dapat menawarkan alternatif berkelanjutan yang lebih baik bagi planet ini. Binatang ternak yang merumput mempunyai peran penting dalam pendekatan sistem pertanian ‘lingkaran tertutup’ dalam pertanian organik yang berprinsip; mendaur ulang semua nutrisi dan bahan organik kembali ke tanah dengan memanfaatkan apa yang ada dan membatasi penggunaan sumber daya yang diimpor-hal ini menjaga tingkat nutrisi dan karbon di dalam tanah dan memungkinkan pertanian dilakukan secara berkelanjutan dengan menggunakan lebih sedikit input.
Peternakan ramah lingkungan berarti:
- Mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia. Saat binatang ternak merumput, binatang ini membantu menyuburkan tanah dengan menyebarkan kotorannya. Hal ini memberikan nutrisi bagi tanaman dan organisme di dalam tanah, meningkatkan kesehatan tanah, menghilangkan kebutuhan akan pupuk yang boros energi. Selain itu juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran hewan jika dibiarkan akan melepaskan gas metan yang efeknya 25 kali lipat jika dibandingkan dengan karbondioksida sebagai penyebab pemanasan global.
- Meningkatkan penyerapan karbon dioksida. Peternakan yang dikelola dengan baik juga dapat menangkap karbon, dengan meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan padang rumput untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
- Lebih sedikit pakan ternak yang diimpor. Berbeda dengan sistem non-organik, peternak organik tidak diperbolehkan memberi pakan ternak dengan pakan GM yang diimpor. Catatan tambahan : Sapi organik kebanyakan memakan rumput (standar organik mensyaratkan minimal 60% hijauan, seperti rumput, kacang-kacangan dan silase, dalam makanannya), dan makanan organik hewan harus bersumber dari peternakan yang sama, atau peternakan organik regional lainnya.
Pertanian Organik Berarti:
1.Melarang penggunaan lumpur limbah
Pertanian organik tidak pernah menggunakan lumpur limbah. Lumpur limbah merupakan produk pengolahan air limbah dan mengandung banyak bahan berbahaya yang diketahui dan tidak diketahui – termasuk segala sesuatu yang dibuang ke sistem saluran pembuangan. Setelah diolah, lumpur limbah dapat diaplikasikan ke lahan pertanian sebagai pupuk – artinya, bahan kimia yang tentunya penuh dengan senyawa beracun, bahan nano, hormon, dan patogen berbahaya, digunakan pada makanan yang kita makan. Tapi tidak pada makanan organik!
Produk organik dikelola sesuai dengan proses yang ditentukan untuk penanaman, pertumbuhan, pemeliharaan dan penanganan. Bagian yang sangat penting dari kerangka peraturan berbasis proses adalah pelarangan metode tertentu dalam produksi dan penanganan organik. Metode seperti iradiasi, lumpur limbah, dan rekayasa genetika semuanya dilarang keras digunakan saat menanam atau mengolah makanan organik.
2. Menjaga iklim
Pertanian organik mendukung penyerapan karbon, yang membantu mengurangi peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer. Manfaat utama produksi tanaman dan peternakan organik, dibandingkan dengan pertanian konvensional, adalah fokusnya pada produksi berbasis tanah dengan prinsip dasar menjaga atau meningkatkan kualitas tanah. Tanah yang sehat melawan perubahan iklim dengan mengeluarkan karbon dari atmosfer. Hal ini mirip dengan bagaimana ekosistem asli, seperti padang rumput dan hutan yang bertindak sebagai penyerap karbon di alam. Data terbaru dari sistem pertanian menunjukkan bahwa kita dapat menyerap lebih dari 100% emisi CO2 tahunan saat ini dengan beralih ke praktik pertanian organik regeneratif.
3. Melestarikan air bersih
Memilih bahan organik akan melindungi sungai dan danau di hilir dari limbah beracun yang dihasilkan oleh pertanian konvensional. Banyak produk sampingan dari pertanian konvensional mengancam daerah aliran sungai dan mencemari air minum. Limpasan dari lahan pertanian membawa tanah dan bahan-bahan pertanian seperti pupuk dan pestisida ke sungai dan sungai terdekat. Kelebihan nitrogen dan fosfor yang masuk ke dalam air menyebabkan pertumbuhan alga yang berlebihan dalam waktu singkat (alga mekar). Pertumbuhan alga yang berlebihan menghabiskan oksigen dan menghalangi sinar matahari dari tanaman bawah air. Kurangnya oksigen membuat kehidupan akuatik tidak mungkin bertahan hidup, sehingga menciptakan zona mati. Zona mati terbesar berada di Teluk Meksiko dan terjadi setiap musim panas akibat polusi nutrisi dari peternakan yang mengalir melalui Sungai Mississippi.
Petani organik, seperti petani lainnya, perlu menyediakan nitrogen dan fosfor untuk pertumbuhan tanaman. Namun tidak seperti petani konvensional, petani organik jarang bergantung pada pupuk kimia, karena biayanya mahal dan tidak sejalan dengan pendekatan organik terhadap kesuburan tanah. Petani organik menggunakan pupuk organik alami dan bahan pembenah tanah seperti bahan organik, pupuk hijau, dan kotoran hewan untuk membangun tanah yang sehat. Dibandingkan pupuk sintetik, penggunaan bahan pembenah tanah organik memberikan tanaman sumber nutrisi kompleks yang lambat dilepaskan dan membatasi hilangnya nutrisi ke dalam tanah dan perairan.
Solusi lain untuk membatasi limpasan lahan pertanian mencakup penggunaan zona penyangga, menghilangkan penggunaan atau kebutuhan input sintetis, dan menciptakan tanah yang sehat. Penanaman penutup tanah membantu mencegah tanah tersapu bersih, dan membantu mendaur ulang unsur hara; rotasi tanaman mencegah hilangnya unsur hara dari tanah; dan pengomposan bahan tanaman dan hewan, serta penggunaan kotoran sebagai pupuk menghasilkan tingkat daur ulang nitrogen yang lebih tinggi dan mengurangi masuknya polusi nitrogen baru ke lingkungan. Semua praktik ini sudah menjadi strategi umum dalam pertanian organik. Rotasi tanaman juga mencegah hilangnya unsur hara dari tanah.
4. Melestarikan lingkungan
Pada akhirnya kita semua sepakat bahwa praktik pertanian organik menghasilkan banyak manfaat bagi lingkungan :
- Pertanian organik membangun kembali kesehatan tanah dan melindungi masuknya bahan kimia berbahaya ke dalam siklus air. Air dan tanah adalah dua sumber daya yang sangat penting yang diperlukan untuk menanam pangan.
- Petani organik tidak bergantung pada pupuk dan pestisida berbahan dasar minyak tak terbarukan yang mungkin tidak selalu dapat diakses.
- Pertanian organik menghasilkan keanekaragaman hayati yang lebih besar.
- Pertanian organik melepaskan lebih sedikit emisi gas rumah kaca.
2. Melindungi kesejahteraan hewan
Pertanian organik menerapkan standar kesejahteraan hewan yang tertinggi dibandingkan sistem pertanian lainnya; hal ini berarti hewan benar-benar bebas berkeliaran, didorong untuk mencari makan, merumput, dan berkeliaran, dengan banyak ruang, udara segar, dan kondisi yang memungkinkan mereka mengekspresikan perilaku alaminya. Kawanan ternak yang lebih kecil, dan lebih banyak akses ke alam terbuka berarti hewan organik tidak perlu diberi antibiotik dan obat cacing secara rutin, selain itu bentuk pemotongan paruh untuk mencegah efek samping agresif dari stres juga tidak diperlukan.
3. Lebih Baik Bagi Alam dan Satwa Liar
41% spesies satwa liar di Inggris telah berkurang sejak tahun 1970, dan lebih dari 1 dari 10 spesies saat ini terancam punah. Praktik pertanian intensif, khususnya penggunaan pestisida, telah diidentifikasi sebagai penyebab utama penurunan ini, namun pertanian organik menawarkan alternatif lain.
Peternakan organik adalah surga bagi satwa liar dan menyediakan rumah bagi lebah, burung, dan kupu-kupu. Rata-rata, kehidupan tanaman, serangga, dan burung 50% lebih banyak di pertanian organik, dan terdapat sekitar 75% lebih banyak lebah liar di pertanian organik. Ada beberapa alasan untuk hal ini:
Petani Organik Menggunakan Lebih Sedikit Pestisida
Penggunaan insektisida, fungisida, pupuk sintetis dan pembasmi gulma diawasi secara ketat dalam produksi pangan organik. Pertanian organik menghasilkan makanan sehat tanpa menggunakan pestisida beracun. Petani organik hanya menggunakan pestisida dalam jumlah yang lebih sedikit, itupun hanya untuk keadaan yang sangat terbatas. Petani organik bergantung pada keseluruhan ekosistem untuk mengendalikan hama, dimana hewan seperti kumbang dan burung memakan hama seperti kutu daun dan siput. Jika pestisida digantikan dengan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan seperti organik, hal ini dapat memperlambat atau membalikkan penurunan jumlah serangga yang merupakan bagian dari ekosistem.
Meskipun beberapa petani organik menggunakan pestisida, pestisida tersebut sebagian besar berasal dari bahan alami. Pestisida alami ini harus disetujui untuk produksi organik melalui lembaga sertifikasi organik. Penilaian ini ditentukan berdasarkan masukan dari petani, pemilik usaha, lembaga perlindungan konsumen, dan masyarakat. Pestisida alami yang disetujui hanya boleh digunakan jika metode pengendalian hama lainnya tidak berhasil. Pestisida tidak bisa hilang begitu saja walau telah dicuci.
Penggunaan Lahan Pada Pertanian Organik Lebih Ramah Lingkungan
Tahukah bakers? Untuk setiap peningkatan 10% di habitat ramah lebah – seperti yang ditemukan di pertanian organik – jumlah dan keanekaragaman lebah meningkat lebih dari sepertiganya! Karena petani organik bergantung pada ekosistem yang sehat untuk mengendalikan hama dan menutrisi tanah mereka, petani organik cenderung bertani dengan cara yang mendukung satwa liar, seperti menanam pohon, ‘pinggiran kumbang’ dan pinggiran bunga liar, serta menggali kolam di sekitar ladang petani. Ini berarti pertanian organik lebih beragam secara ekologis.
Pertanian Organik Menjadi Rumah bagi Hewan Penyerbuk
Pertanian dan tanaman organik ramah terhadap penyerbuk dan melindungi lebah, penyerbuk, dan satwa liar dari bahan kimia beracun. Pusat Organik mengeluarkan laporan yang menunjukkan bahwa pertanian organik mempunyai peran penting dalam mendukung kesehatan hewan penyerbuk. Produksi pertanian skala besar yang menggunakan bahan kimia intensif dianggap sebagai sumber ancaman utama terhadap penyerbuk. Penelitian ilmiah semakin menunjukkan bahwa penggunaan pestisida sintetis yang beracun, perusakan habitat asli, dan penggunaan tanaman tunggal secara ekstensif berdampak buruk bagi penyerbuk. Sejumlah penelitian yang ditinjau dalam laporan ini menunjukkan bahwa praktik pertanian organik mengurangi banyak ancaman terhadap lebah madu dan bahwa pertanian organik mendukung lebih banyak penyerbuk dibandingkan pertanian konvensional. Hal ini karena standar pertanian organik tidak hanya melarang penggunaan pestisida sintetis, yang banyak di antaranya sangat beracun bagi lebah dan dapat bertahan lama di lingkungan, namun juga mengharuskan produsen organik mengelola pertanian mereka dengan cara yang mendorong keanekaragaman hayati dan meningkatkan sumber daya alam.
Pertanian yang Lebih Tangguh
Dalam menghadapi perubahan pola cuaca akibat pemanasan global, pertanian organik lebih tahan terhadap dampak perubahan iklim; tanah di pertanian organik menyimpan air dua kali lebih banyak, membantu melindungi dari banjir, dan berkinerja lebih baik selama kekeringan.
Terlebih lagi, karena pertanian organik lebih beragam, dan menggunakan metode seperti agroforestri untuk menanam tanaman lain, petani organik tidak terlalu bergantung pada keberhasilan satu tanaman, sehingga menawarkan alternatif jika terjadi kegagalan panen atau pasar yang bergejolak.
4. Pastinya Lebih Baik Bagi Kesehatan Manusia
Pertanian organik menghubungkan titik-titik antara kesehatan kita sendiri dengan kesehatan planet, hewan dan satwa liar kita:
Makanan yang Mengandung Lebih Sedikit Pestisida
Cara terbaik untuk mengurangi paparan pestisida dalam makanan adalah dengan membeli makanan organik. Jika kita membeli produk organik, seperti buah dan sayuran, maka makanan olahan, serta daging dan produk susu, secara keseluruhan, akan mengandung lebih sedikit pestisida. Seperti disebutkan di atas, pestisida disebut-sebut sebagai penyebab utama penurunan jumlah serangga dan penyerbuk. Tiga perempat dari tanaman pangan kita bergantung pada penyerbuk, dan tanpa mereka, kita tidak akan mendapatkan makanan pokok yang bergizi, seperti kentang, stroberi, tomat, kopi, coklat!
Makanan dengan Lebih Sedikit Bahan Sintetis dan Pengawet
Penggunaan bahan tambahan dan alat bantu pengolahan sangat dibatasi pada bahan organik. Standar organik melarang:
- Lemak terhidrogenasi
- Pewarna makanan buatan yang kontroversial, pemanis dan pengawet, seperti tartrazine dan aspartame
- Buah dan sayuran organik dicuci dengan klorin
Kurang dari 40 bahan sintetis dapat digunakan dalam makanan kemasan organik, dan bahan tersebut hanya dapat digunakan setelah ditinjau oleh pakar independen dan pemerintah. Sebaliknya, ribuan bahan kimia dapat ditambahkan ke makanan kemasan konvensional, termasuk bahan pengawet, perasa dan warna yang dikaitkan dengan masalah kesehatan.
Masalah dengan bahan tambahan sintetis yang ditemukan dalam makanan olahan konvensional adalah bahwa bahan tersebut ditujukan untuk anak-anak dan orang tua. Bahan kimia tambahan yang membuat ketagihan ini menyebabkan banyak masalah kesehatan. Biaya tersembunyi dari makanan “murah” ini adalah biaya yang harus dibayar oleh masyarakat untuk kesehatan mereka. Mulai dari diabetes, obesitas, hingga ADHD, penyakit yang berhubungan dengan makanan berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Seperti yang dikatakan New York Times baru-baru ini, “Makanan Kita Membunuh Kita.”
Tidak ada Produk Transgenik (GMO)
Produk organik menjamin konsumen terpapar produk GMO, dari lahan pertanian hingga ke meja makan. Sistem pangan organik menentang tanaman transgenik karena alasan lingkungan, kesehatan dan sosial, dan semua produk GMO dilarang berdasarkan standar organik. Kemampuan yang terbatas, ditambah tingginya biaya produksi tanaman atau hewan hasil rekayasa genetika secara komersial, membuat teknologi transgenik sering kali ditujukan untuk menghasilkan keuntungan, namun bersifat jangka pendek dan tidak mengatasi akar permasalahannya.
Sistem organik bekerja untuk menemukan solusi terhadap penyebab yang mendasarinya, bukan gejalanya. Misalnya saja, alih-alih mengubah gen pada ternak agar tahan terhadap penyakit dalam jangka pendek, pertanian organik bertujuan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya penyakit, biasanya melalui standar kesehatan hewan atau tumbuhan yang lebih tinggi. Pertanian organik harus berjarak dari pertanian konvensional agar serbuk sari atau benih dari tanaman hasil rekayasa genetika tidak mengkontaminasi tanaman organik
Mengurangi Penggunaan Antibiotik dan Hormon Sintetis
Penggunaan antibiotik yang berlebihan dalam pengobatan manusia dan hewan melemahkan kemampuan antibiotik dalam menyembuhkan infeksi yang mengancam jiwa. Mayoritas ternak yang dipelihara secara konvensional diberi makan atau disuntik dengan hormon untuk membuatnya tumbuh lebih cepat dan menghasilkan lebih banyak susu. Hormon-hormon itu akhirnya berakhir di meja makan dan di tubuh kita.
Menghasilkan Makanan dengan Nutrisi Terbaik
Kerja keras yang dilakukan petani organik dalam merawat tanaman dan hewan terbayar dengan kualitas makanan yang mereka hasilkan. Makanan organik mengandung lebih banyak vitamin, mineral, enzim, dan zat gizi mikro dibandingkan makanan yang dibudidayakan secara konvensional
- Susu organik dan turunannya ditemukan mengandung konsentrasi zat besi, Vitamin E, dan beberapa karotenoid yang sedikit lebih tinggi.
- Tanaman yang diproduksi secara organik (sereal, buah dan sayuran) ditemukan memiliki antioksidan hingga 68% lebih banyak dibandingkan tanaman non-organik, sedangkan buah dan sayuran organik mengandung konsentrasi pestisida dan logam berat kadmium yang lebih rendah.
- Sebuah penelitian selama enam tahun menemukan lebih banyak aktivitas antioksidan dan kandungan flavonol yang lebih tinggi pada bawang organik dibandingkan bawang konvensional.
- Meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2016 di British Journal of Nutrition, menemukan bahwa susu dan daging organik mengandung sekitar 50 persen lebih banyak asam lemak omega-3. Peningkatan ini disebabkan oleh hewan memakan rumput yang kaya akan omega-3, yang kemudian berakhir pada produk susu dan daging.
- Sebuah studi susu selama 18 bulan pada tahun 2013 menemukan bahwa produksi organik meningkatkan kualitas nutrisi susu dengan mengubah komposisi asam lemak.
- Meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2014, di British Journal of Nutrition, menemukan bahwa tanaman organik memiliki antioksidan yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman konvensional, termasuk kadar asam fenolik 19% lebih tinggi, kadar flavanon 69% lebih tinggi, kadar stilbene 28% lebih tinggi, 26 % kadar flavon lebih tinggi, kadar flavonol 50% lebih tinggi, dan kadar antosianin 51% lebih tinggi.
- Sebuah studi perbandingan tomat selama sepuluh tahun yang dilakukan pada tahun 2008, di Universitas California, Davis, menemukan bahwa tomat organik memiliki hampir dua kali lipat konsentrasi flavonoid bermanfaat yang dikenal sebagai quercetin, dibandingkan dengan tomat konvensional yang ditanam di lahan yang berdekatan.
- Dalam sebuah penelitian tahun 2001 yang diterbitkan dalam The Journal of Alternative and Complementary Medicine, menemukan bahwa wortel, bayam, selada, kentang dan kubis yang ditanam secara organik mengandung lebih banyak Vitamin C, Zat Besi, Magnesium dan Fosfor serta lebih sedikit nitrat dibandingkan dengan wortel, bayam, selada, kentang, dan kubis yang ditanam secara konvensional.
- Sebuah studi pada tahun 2019 tentang produk susu menunjukkan temuan yang menunjukkan antibiotik terdeteksi pada 60% sampel susu konvensional sedangkan sampel organik tidak mengandung antibiotik. Dengan menguji susu langsung dari rak-rak toko, para peneliti dapat mengungkap dengan tepat apa yang dikonsumsi konsumen ketika mereka memilih susu konvensional atau organik.
Mengurangi Risiko Kanker
Makan organik dapat mengurangi risiko kanker. Sebuah studi baru di JAMA Internal Medicine menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan organik sering kali menurunkan risiko terkena kanker secara keseluruhan. Secara khusus, mereka yang terutama mengonsumsi makanan organik memiliki kemungkinan lebih besar untuk menangkal limfoma non-Hodgkin dan kanker payudara pascamenopause dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah mengonsumsi makanan organik.
Melarang Perlakuan Iradiasi pada Makanan
Makanan organik tidak boleh diiradiasi. Makanan yang diiradiasi terkena radiasi pengion yang intens. Hal ini dilakukan di ruang pemrosesan untuk jangka waktu tertentu. Dengan iradiasi pangan, energi radiasi (elektron, sinar gamma atau sinar X) memutus ikatan kimia dan tujuannya adalah untuk mereduksi mikroorganisme. Radiasi diketahui dapat menyebabkan kanker. Makanan yang diiradiasi tidak memenuhi definisi organik dari Departemen Pertanian AS. Makanan yang telah diiradiasi, tidak peduli bagaimana cara menanam atau memproduksinya, tidak dapat diberi label sebagai produk organik bersertifikat USDA.
5. Melindungi Kesejahteraan Buruh tani
Pertanian organik tidak membuat masyarakat sekitar dan pekerja pertanian terpapar pestisida persisten yang berbahaya. Pekerja pertanian mempunyai risiko besar terhadap paparan pestisida pertanian dan dampak buruk terhadap kesehatan yang dapat terjadi sebagai dampaknya. Masyarakat yang tinggal di dekat area peternakan juga berisiko terkena paparan pestisida, selain itu taman atau lapangan bermain yang dikelola secara konvensional dimana rumput secara rutin disemprot zat kimia sintetis juga dapat mencemari saluran air tanah di lingkungan sekitar. Penyimpangan pestisida merupakan ancaman terhadap kesehatan manusia, satwa liar dan ekosistem.
Pada tahun 2018, Pusat Organik mengeluarkan laporan yang merinci dampak penggunaan pestisida sintetik terhadap kesehatan petani dan pekerja pertanian – dan bagaimana organik dapat digunakan sebagai model untuk mengurangi paparan terhadap bagian penting dari masyarakat kita.
Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam Environmental Research menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan organik dengan baik dapat mengurangi pestisida dalam tubuh manusia. Studi ini menemukan bahwa keluarga yang mengonsumsi 100 persen makanan organik secara cepat dan dramatis mengurangi paparan mereka terhadap empat jenis pestisida—rata-rata sebesar 60 persen—dalam enam hari.
Organik adalah Masa Depan Pangan
Dalam pasar organik pasokan memenuhi permintaan. Menghabiskan uang di sektor organik merupakan bentuk dukungan langsung terhadap masa depan berkelanjutan bagi banyak generasi mendatang. Meskipun organik adalah sektor dengan pertumbuhan terbesar dalam industri makanan, namun hanya menyumbang sekitar 5% dari pembelian. Semakin banyak konsumen yang meminta produk organik, semakin mudah produk tersebut tersedia dalam jumlah yang lebih besar.
Menurut data statistik organik Indonesia, total luas lahan penanaman produk organik telah mencapai 261.400 hektare dan yang sudah tersertifikasi seluas 79.800 hektare. Tercatat bahwa produk organik terbesar yang diproduksi di Indonesia yaitu kopi organik mencapai sekitar 346.200 ton. Diposisi kedua adalah beras organik yang produksinya mencapai sekitar 12.276 ton dan pada posisi ketiga adalah madu dengan angka produksi mencapai sekitar 2.702 ton. Selain itu terdapat beberapa produk organik lainnya yang juga tidak kalah saing antara lain, gula kelapa, rempah – rempah, salak, cocoa, kacang mede dan gula aren.
Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian yang berorientasi pada pemanfaatan bahan-bahan alami (lokal) tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintesis seperti pupuk, pestisida (kecuali bahan yang diperkenankan). Teknik budidaya lainnya bertumpu pada peningkatan produksi, pendapatan serta berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Mengonsumsi makanan organik berarti mendukung cara bertani yang bermanfaat bagi masyarakat di masa depan – mulai dari petani yang bekerja di ladang hingga mereka yang tinggal di rumah. Kesehatan tanah, tumbuhan, hewan dan manusia adalah satu k esatuan yang tidak dapat dipisahkan-Albert Howard
https://www.onlyorganic.org/15-reasons-to-eat-organic
https://www.soilassociation.org/take-action/organic-living/what-is-organic
https://sumbarprov.go.id/home/news/4252-mengapa-harus-pertanian-organik
Dan disini kita bisa mengetahui bagaimana sertifikasi organik di Indonesia :
https://icert.id/wp-content/uploads/2022/04/Sertifikasi-Organik-Nasional.pdf
[…] Dozens dan The Clean 15 dapat menjadi petunjuk dalam pengambilan keputusan pembelian produk organik, karena beberapa buah dengan kulit tebal dan keras menguntungkan dalam hal menyulitkan pestisida […]